Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Duh, Identitas Pentolan Tentara Bayaran Turki Bocor, Ternyata...

Duh, Identitas Pentolan Tentara Bayaran Turki Bocor, Ternyata... Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Ankara -

Intervensi Turki dalam Perang Armenia-Azerbaijan, sekali lagi dianggap sebagai panggung baru para tentara bayaran Presiden Recep Tayyip Erdogan. Lagi-lagi Turki dan Erdogan dikaitkan dengan pengerahan sejumlah anggota teroris.

Dalam berita sebelumnya, Perang Armenia-Azerbaijan kembali meletus di wilayah Nagorno-Karabkh sudah berlangsung hampir dua pekan. Menurut data yang diperoleh dari News.am, korban jiwa dari kedua belah pihak sudah mencapai 920 orang.

Baca Juga: Dimodali Dana Rp22,3 Juta dari Turki, Pejuang Suriah Perang Bersama Azerbaijan

Serangan rudal jet F-16 Fighting Falcon milik Angkatan Udara Turki (THK) menghancurkan satu unit tank T-72 milik Angkatan Bersenjatan Armenia. Lewat kementerian pertahanannya, Armenia menyebut bahwa pilot jet tempur bukanlah tentara organik Angkatan Bersenjata Turki (TSK), melainkan seorang tentara bayaran.

Di sisi lain, tiga orang awak tank militer Armenia tewas akibat serangan itu. Fakta lainnya juga terbukti. Tiga awak tank buatan Uni Soviet yang tewas itu adalah pasukan Angkatan Bersenjata Artsakh (Nagorno-Karabakh), yang berafiliasi dengan Armenia.

Serangan tank yang menewaskan tiga orang awaknya membuat pemerintah Armenia semakin yakin, Erdogan memang mengirim tentara bayaran untuk mendukung tentara Azerbaijan. Meskipun, Erdogan bersikeras membantah dirinya atau negaranya terkait dengan tentara bayaran yang berafiliasi dengan kelompok teroris.

"Kami belum mengirim tentara bayaran atau personel lain ke Suriah atau Libya. Saya ingin menegaskan kembali bahwa perusahaan kami bukanlah organisasi tentara bayaran. Itu tidak ada hubungannya dengan organisasi atau kelompok teroris," ujar Erdogan.

Seperti halnya dengan keterlibatan di Perang Saudara Libya dan Perang Saudara Suriah, tentara bayaran Turki diambil dari organisasi teroris semisal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Negara Islam Irak dan Syam (ISIL), dan Daesh.

Pengerahan tentara bayaran disebut jadi langkah Erdogan untuk menyaingi tentara bayaran Rusia yang disediakan perusahaan keamanan swasta, Wagner Group. Perusahaan ini juga disebut mendukung Angkatan Bersenjata Artsakh, di Nagorno-Karabakh.

Dalam lapoaran lain yang dikutip dari Syrian Observatory For Human Rights (SOHR), Erdogan dikabarkan sangat dekat dengan Adnan Tanriverdi, yang merupakan pempin dari SADAT International Defense Consultancy Inc, perusahaan keamanan swasta Turki. Tanriverdi disebut sebagai sosok yang ahli dalam ilmu pertempuran. Pria berusia 75 tahun ini menguasai ilmu sabotase, kontra-pemberontak, hingga pembunuhan.

Tak cuma Armenia, para perwira tinggi Komando Pasukan Amerika Serikat untuk Afrika (AFRICOM), juga mencurigai Turki bersekutu dengan Tanriverdi dan pasukan tentara bayarannya. Tuduhan para jenderal Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces) berdasar pada meningkatnya sejumlah kasus kriminal semisal pencurian hingga kekerasan seksual.

"Ada laporan pencurian, penyerangan seksual dan semua pelanggaran itu dilakukan oleh tentara-tentara ini (SADAT)," bunyi pernyataan dalam laporan AFRICOM.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: