Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Politik Timur Tengah Akui Trump Kontroversial, tapi Dapat Diandalkan

Pengamat Politik Timur Tengah Akui Trump Kontroversial, tapi Dapat Diandalkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengangkat jari telunjuknya setelah menandatangani perintah eksekutif untuk bantuan ekonomi dalam sebuah konferensi pers di tengah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di resor golf miliknya di Bedminster, New Jersey, Amerika Serikat, Sabtu (8/8/2020). | Kredit Foto: Antara/REUTERS/Joshua Roberts
Warta Ekonomi, Teheran -

Analis politik asal Arab Saudi, Ahmed Al Ibrahim menuturkan, banyak negara Teluk yang berharap Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). Alasannya, Trump dinilai mampu melemahkan Iran dan juga dianggap mampu menjembatani hubungan dengan Israel.

Ibrahim mengatakan, banyak negara Teluk, termasuk Saudi khawatir mengenai hasil jajak pendapat, di mana Joe Biden unggul atas Trump. Dia mengatakan, ini bukanlah pertanda baik, terutama karena kebijakan luar negeri Trump selalu sejalan dengan kebutuhan Saudi dan sejumlah negara Teluk lainnya.

Baca Juga: Innalillahi... Ratusan Bangunan Rakyat Palestina Kembali Dimusnahkan Israel

"Trump mungkin seorang tokoh kontroversial, yang selalu mengutarakan pikirannya, tetapi dia dapat diandalkan dan memegang janji. Ditambah, dia memahami kawasan ini dengan baik dan kami memiliki rasa saling percaya dan beberapa kepentingan yang sama," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.

Dia mengatakan kepentingan ini terutama bermuara pada anggapan ancaman yang ditimbulkan oleh Iran.

Permusuhan lama antara Iran dan Saudi, yang berkisar pada perbedaan agama, telah berkembang menjadi konfrontasi geopolitik, dengan masing-masing pihak berusaha memposisikan dirinya sebagai pemimpin dunia Muslim dan kekuatan regional.

Program nuklir Iran juga tidak membantu meredakan ketegangan ini dan karena Iran terus memperkaya uranium dan membangun sentrifugal, Riyadh terus menekankan bahwa proyek nuklir Teheran ditujukan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, yang pada akhirnya akan digunakan untuk melawan musuhnya.

Washington di bawah Trump memiliki ketakutan serupa. Itulah sebabnya, segera setelah menjabat, presiden baru itu menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran dan memberlakukan serangkaian sanksi yang ditujukan untuk melemahkan Teheran dan mengekang program nuklirnya, tindakan yang disambut dengan antusias di Riyadh.

Namun sekarang, dengan prospek kepergian Trump dan Biden berkuasa menjadi nyata, kebijakan ini mungkin berisiko.

"Jika Biden berkuasa, dia akan memberdayakan musuh kami, Iran dan akan mengembalikan kami ke apa yang kami miliki beberapa tahun lalu," ucap Ibrahim.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: