Innalillahi... Ratusan Bangunan Rakyat Palestina Kembali Dimusnahkan Israel
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan sepanjang 2020, Israel telah menghancurkan lebih dari 500 bangunan milik warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Penggusuran dan pembongkaran merupakan praktik yang biasa dilakukan Israel di wilayah yang didudukinya.
Seperti dikutip laman Anadolu Agency, dalam keterangan yang dirilis pada Senin (28/9/2020), OCHA mengatakan terdapat 506 bangunan milik warga Palestina di Tepi Barat yang dihancurkan Israel. Sebanyak 134 di antaranya berada di Yerusalem Timur.
Baca Juga: Ketika Fatah-Hamas Mencoba Rujuk untuk Bahas Pemilu Palestina, Kok Baru Sekarang?
Pembongkaran dilakukan karena bangunan-bangunan itu disebut tak berizin. Dalam dua pekan terakhir, Israel merobohkan 22 bangunan. Hal itu menyebabkan 50 warga Palestina mengungsi. Sebanyak 200 warga lainnya mengalami kerugian akibat penghancuran tersebut.
Para pengungsi Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan beberapa negara Arab lainnya, seperti Yordania serta Suriah, mengandalkan bantuan dari Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Namun saat ini UNRWA tengah mengalami krisis keuangan.
Pada Juli lalu Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan saat ini badan yang dipimpinnya mengalami kesenjangan pendanaan sebesar 335 juta dolar AS.
“Kami berada dalam kegelapan dan saya tidak tahu apakah kami akan dapat melanjutkan operasi UNRWA sampai akhir tahun ini,” kata dia, dikutip laman kantor berita Palestina WAFA.
Lazzarini mengatakan, selama lima tahun terakhir, kecuali pada 2018, UNRWA belum memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina.
Padahal UNRWA telah melakukan efisiensi dan penghematan anggaran. Sejak 2015, UNRWA berhasil menghemat dana sebesar setengah miliar dolar AS atau rata-rata 100 juta dolar per tahun.
Meskipun melakukan penghematan dan efisiensi, UNRWA tetap mempertahankan layanan atau program inti untuk pengungsi Palestina. Hal itu pada akhirnya menimbulkan dampak tersendiri. Menurut Lazzarini, tak mungkin lagi menjalankan organisasi seperti UNRWA yang memiliki hampir 30 ribu staf ketika arus kasnya sangat rendah dan sumber kontribusi tidak jelas.
“Tahun demi tahun, bulan demi bulan, UNRWA berada di tepi kehancuran finansial. Ini tak dapat dilanjutkan,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: