Pengembangan industri halal membutuhkan empat langkah strategis yang perlu menjadi fokus ke depan agar dapat berkontribusi lebih optimal terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Empat langkah strategis tersebut, yaitu membentuk suatu brand halal yang kuat, membangun jejaring kerjasama, memperkuat pembiayaan syariah serta mendorong digitalisasi," demikian disampaikan Sugeng, Deputi Gubernur Bank Indonesia, dalam pembukaan High Level Seminar on Halal Lifestyle 2020 “New Strategy and Business Model of Halal Business” sekaligus soft launching ISEF Integrated Virtual Platform 2020 yang dilaksanakan pada hari ini (2/10/2020) secara virtual.
Dia menuturkan, ISEF Integrated Virtual Platform 2020 (https://isef.co.id) mengintegrasikan seluruh kegiatan ISEF mulai dari forum, seminar, workshop, technical meeting, talkshow, business coaching, business matching, international showcase dan outlet pameran bagi pelaku usaha syariah, industri keuangan syariah, dan institusi keuangan sosial syariah (ZISWAF).
"Platform ini juga merupakan salah satu upaya untuk membuka kesempatan seluas-luasnya sehingga masyarakat dapat mengikuti rangkaian kegiatan ISEF 2020 secara virtual, termasuk untuk menjaring mitra strategis/buyer/importir global, pelaku usaha domestik untuk kolaborasi (business linkage) serta memperluas akses pasar melalui kerjasama dengan e-commerce di Indonesia," pungkasnya.
Baca Juga: Dahsyat, Ekonomi Halal Indonesia Punya Potensi Rp3000 Triliun
Lebih lanjut, Sugeng menguraikan empat strategi pengembangan industri halal ke depan. Pertama, membentuk suatu brand halal dengan memberikan pemahaman memadai kepada masyarakat tentang produk halal. Misalnya, makanan halal itu adalah makanan sehat.
Kedua, membangun jejaring kerjasama dari berbagai unit usaha, termasuk antara lain melalui pengembangan jejaring unit bisnis pondok pesantren yang tergabung dalam Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN). Pada tahun 2020, terdapat ratusan unit bisnis/ UMKM di pesantren yang akan diintegrasikan melalui HEBITREN, sehingga dapat meningkatkan skala ekonomi pesantren.
"Hal itu akan meningkatkan efisiensi dan posisi tawar (bargaining position), serta mendorong transaksi jual beli antara unit usaha di pesantren," kata Sugeng.Ketiga, memperkuat pembiayaan syariah melalui integrasi pembiayaan sosial syariah dengan pembiayaan komersial syariah. Keempat, mendorong digitalisasi, antara lain melalui pembentukan platform IKRA (Industri Kreatif Syariah Indonesia) yang sejak 2018 menampilkan produk halal yang berkualitas, serta meningkatkan kolaborasi untuk penyaluran pembiayaan syariah.
"Hal tersebut dilaksanakan melalui kerjasama antara lembaga keuangan mikro syariah (Baitul Mal Wattamwil) dan perusahaan teknologi finansial syariah dengan menggunakan aplikasi ponsel pintar," pungkas Sugeng.
Hingga Juli 2020, terdapat lebih dari 50 perusahaan teknologi finansial yang sudah menyalurkan pembiayaan syariah hampir sebesar Rp4 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: