Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib 7 Perusahaan Konglomerat Bakrie Group: Dari yang Paling Mujur hingga yang Babak Belur

Nasib 7 Perusahaan Konglomerat Bakrie Group: Dari yang Paling Mujur hingga yang Babak Belur Kredit Foto: Officespace.co.id

3. Bumi Resources - Tambang Batu Bara

Perusahaan Bakrie Group berikutnya masih dari sektor pertambangan, khususnya tambang batu bara, yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Jika beberapa perusahaan Bakrie sebelumnya mampu mengantongi laba, hal sebaliknya justru dialami BUMI yang pada paruh pertama tahun 2020 ini harus menelan pil pahit.

Baca Juga: Mayoritas Perusahaan Batu Bara Milik Konglomerat RI Telan Pil Pahit! Ini Daftarnya!

Dalam laporan keuangan perusahaan, BUMI menanggung rugi sebesar US$86,1 juta pada semester I 2020. Padahal, perusahaan ini mampu mengantongi laba bersih sebesar US$80,7 juta pada semester I 2019 lalu. Asal tahu saja, laba usaha BUMI secara tahunan menurun 55% dari US$298,2 juta menjadi US$132,7 juta.

Hal itu terjadi karena pendapatan BUMI tergerus selama enam bulan pertama tahun ini. Per Juni 2020, pendapatan yang dikantongi BUMI hanya sebesar US$1.971,9 juta atau lebih rendah 13% dari Juni 2019 lalu yang mencapai US$2.274,5 juta. Pada saat yang bersamaan, beban pokok pendapatan juga ikut turun sebesar 7% dari US$1.867,1 juta menjadi hanya US$1.733,8 juta.

Director & Corporate Secretary BUMI, Dileep Srivastava, mengungkapkan bahwa biang kerok dari anjloknya kinerja BUMI tidak lain adalah realisasi harga batu bara yang menurun tajam hingga 12% ke level US$46,9 per ton pada semester I 2020 sebagai imbas dari tidak stabilnya permintaan logam hitam itu dari China, India, dan sejumlah negara Asia lainnya.

"Hal ini dipicu oleh pandemi Covid-19 sebagai faktor penyebab utama. Penjualan di 1H2020 tetap stabil dari 1H2019 meskipun di tengah kondisi pasar yang merugikan," tegasnya dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi.

Ia menambahkan, sepanjang enam bulan pertama tahun ini, volume penjualan batu bara masih stabil di angka 41,2 MT yang terdiri atas penjualan KPC sebesar 29,5 MT (-2% yoy) dan Arutmin sebesar US$11,6 MT (+2 yoy).

"Meski ketidakpastian pasar masih membebani harga batu bara dalam jangka pendek, BUMI berkeyakinan bahwa ke depannya industri batubara akan terus berkembang, terutama dengan pengembangan proyek-proyek hilirisasi batubara dalam jangka menengah," sambungnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: