- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Nasib Perusahaan Milik Konglomerat Budi Hartono: Bos Djarum, Orang Terkaya Nomor 1
Bank Central Asia (BCA)
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merupakan bank swasta terbesar di Tanah Air dan pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Mei 2000 silam. Kekuatan BCA turut diuji oleh adanya pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 ini. Tak bisa benar-benar kebal terhadap virus corona, BCA harus merelakan laba bersih merosot sedalam 4,8% secara tahunan.
Baca Juga: Nasib Bank Milik Konglomerat RI: Dari Hartono, Hary Tanoe, hingga Chairul Tanjung
Melansir dari laporan keuangan perusahaan, laba bersih BCA pada semester I 2020 mencapai Rp12,24 triliun, sedangkan pada semester I 2019 angkanya menembus Rp12,86 triliun. Sejalan dengan itu, pendapatan bunga dan syariah bersih BCA tercatat naik 10,49% dari Rp24,50 triliun per Juni 2019 menjadi Rp27,07 triliun per Juni 2020.
Pendapatan naik, beban operasional pun ikut terkerek sehingga keuntungan yang diraih pun ikut terpangkas. Secara tahunan, beban operasional BCA membengkak 3,8% dari Rp15,65 triliun menjadi Rp16,25 triliun. Di sisi lain, penurunan laba juga dipengaruhi oleh adanya pembentukan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar Rp6,5 triliun sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengakui bahwa pandemi Covid-19 memberi dampak negatif terhadap perlambatan aktivitas bisnis di hampir semua industri. Akibatnya, permintaan kredit pun menjadi lebih rendah, terutama pada periode Maret hingga Juni 2020. Meskipun begitu, BCA berhasil meningkatkan kredit sebesar 5,3% yoy menjadi Rp595,1 triliun pada Juni 2020. Kredit korporasi diakui menjadi penopang utamanya.
Ia merincikan, sampai dengan Juni 2020, BCA membukukan kredit korporasi sebesar Rp257,9 triliun (+17,7%), kredit komersial dan UKM sebesar Rp184,6 triliun (-0,9%), KPR sebesar Rp91 triliun (+0,3%), dan kredit kendaraan bermotor sebesar Rp42,5 triliun (-11,9%).
"BCA fokus mendukung nasabah untuk menghadapi kondisi perlambatan bisnis dengan memberikan restrukturisasi kredit secara selektif pada berbagai segmen. Selama bulan Maret sampai dengan Juni 2020, BCA memproses pengajuan restrukturisasi kredit sebesar Rp115 triliun atau sekitar 20% dari total portofolio kredit yang berasal dari 118.000 nasabah," pungkasnya secara tertulis, dikutip Senin, 12 Oktober 2020.
Ia menambahkan, total kredit yang telah selesai direstrukturasi selama enam bulan pertama tahun 2020 mencapai Rp69,3 triliun. Angka tersebut menyumbang porsi 12% dari total portofolio kredit. Ia optimis, kredit restrukturasi masih akan bertumbuh untuk ke depannya.
"Kami melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 20-30% dari total portofolio kredit, yang berasal dari 200.000 250.000 nasabah," sambungnya.
Lebih lanjut, BCA juga tercatat berhasil menurunkan biaya dana pihak ketiga sehingga tekanan terhadap pendapatan bunga kotor dapat sedikit ditahan.
"Pada semester pertama 2020, perseroan berhasil menurunkan biaya dana pihak ketiga sehingga membantu meringankan tekanan pada pendapatan bunga gross yang diakibatkan oleh peningkatan restrukturisasi kredit," katanya lagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih