Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Antara Covid-19, Penyakit Kronis, dan Titik Balik Peningkatan Harapan Hidup Global

Antara Covid-19, Penyakit Kronis, dan Titik Balik Peningkatan Harapan Hidup Global Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Inggris -

Interaksi COVID-19 dengan penyakit kronis yang terus meningkat secara global dan faktor-faktor risiko terkait, termasuk obesitas, gula darah yang tinggi, dan polusi udara luar ruangan, selama 30 tahun terakhir telah menciptakan sebuah badai yang 'sempurna', yang memicu tingkat kematian COVID-19.

Temuan-temuan terbaru dari The Global Burden of Disease Study (GBD) yang dipublikasikan hari ini di The Lancet, memberikan wawasan baru mengenai seberapa baik penduduk dunia dipersiapkan hal kesehatan pokok untuk menghadapi pandemi COVID-19 dan menetapkan skala atau tingkat kesulitan yang tepat untuk melindungi populasi dunia dari ancaman pandemi lebih lanjut.

Studi ini juga mengungkapkan bahwa meningkatnya paparan terhadap faktor-faktor risiko utama (termasuk tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, indeks massa tubuh tinggi [BMI], dan kolesterol yang meningkat), disertai meningkatnya kematian karena penyakit kardiovaskular di beberapa negara (misalnya Amerika Serikat dan Karibia), menunjukkan bahwa dunia mungkin sedang mendekati sebuah 'titik balik' dalam peningkatan harapan hidup.

Para penulis menekankan bahwa janji mengenai pencegahan penyakit melalui tindakan pemerintah atau insentif yang memungkinkan perilaku yang lebih sehat dan akses kepada fasilitas kesehatan tidak terwujud di seluruh dunia

Sebagian besar faktor-faktor risiko ini dapat dicegah dan diobati, dengan mengatasinya akan memberikan manfaat sosial dan ekonomi yang besar. Kita gagal mengubah perilaku-perilaku tidak sehat, terutama yang berkaitan dengan kualitas makanan, asupan kalori, dan kegiatan fisik, sebagian karena tidak ada perhatian yang cukup (dari pembuat) kebijakan dan pendanaan untuk kesehatan publik dan riset (mengenai) perilaku”, kata Professor Christopher Murray, Direktur Institut untuk Metrik dan Evaluasi Kesehatan (Institute for Health Metrics and Evaluation/IHME) di Universitas Washington, Amerika Serikat, yang memimpin riset tersebut.

Beberapa dari faktor risiko dan penyakit tidak menular (PTM) yang disorot oleh penelitian ini, termasuk obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, terkait dengan meningkatnya risiko penyakit serius dan kematian karena COVID-19. Namun, penyakit tidak hanya berinteraksi secara biologis; ia juga berinteraksi dengan faktor-faktor sosial. Diperlukan tindakan darurat untuk mengatasi sindemik penyakit-penyakit kronis global, kesenjangan sosial, dan COVID-19—yang merujuk kepada interaksi dari beberapa epidemi yang menambah beban penyakit pada populasi yang telah memiliki penyakit lain, dan meningkatkan kerentanan mereka.

Dr. Richard Horton, Pemimpin Redaksi The Lancet berkata, “Sifat sindrom dari ancaman yang kita hadapi menuntut kita untuk tidak hanya merawat setiap penyakit, namun juga segera mengatasi kesenjangan sosial sebagai latar-belakang yang membentuknya - kemiskinan, perumahan, pendidikan, dan suku, yang semuanya merupakan penentu kesehatan yang kuat”

Ia melanjutkan, “COVID-19 merupakan keadaan darurat kesehatan kronis yang akut. Dan sifat kronis dari krisis saat ini sedang diabaikan dan berpotensi menjadi ancaman bagi kita di masa depan. Penyakit tidak menular telah memainkan peran penting dalam mempercepat kematian lebih dari 1 juta orang yang disebabkan oleh COVID-19 hingga saat ini, dan akan terus mempengaruhi kondisi kesehatan di setiap negara setelah pandemi ini mereda. Sebagaimana kami sampaikan mengenai cara meregenerasi sistem kesehatan kita dalam kemunculan COVID-19, Global Burden of Disease Study ini menawarkan sebuah cara untuk menargetkan keberadaan kebutuhan yang paling besar, dan betapa hal ini berbeda-beda di setiap negara.” 

Sistem kesehatan tidak dipersiapkan dalam menghadapi kenaikan angka PTM dan disabilitas

Meskipun harapan hidup sehat global—jumlah tahun yang diharapkan seseorang untuk memiliki kesehatan yang baik—telah meningkat secara stabil (sebanyak lebih dari 6,5 tahun) antara tahun 1990 hingga 2019, peningkatannya tidaklah sebanyak harapan hidup keseluruhan di 198 dari 204 negara yang diteliti, yang menunjukkan bahwa orang-orang menjalani hidup yang lebih lama dalam kesehatan yang buruk.

Disabilitas, dan bukan kematian lebih awal, telah menjadi bagian yang makin membesar dari beban penyakit global—yakni meningkat dari sekitar seperlima (21%) dari total beban di tahun 1990 hingga lebih dari sepertiga (34%) di tahun 2019. Di 11 negara, lebih dari setengah kasus gangguan kesehatan (yang diukur berdasarkan tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan akibat disabilitas [disability-adjusted life-years/DALYs] saat ini adalah karena disabilitas yang disebabkan oleh PTM dan cedera - termasuk di Singapura, Islandia, Norwegia, Irlandia, Australia, Selandia Baru, dan Qatar.

Upaya kesehatan global untuk mengatasi penyakit infeksi dan menangani perawatan pranatal telah berhasil meningkatkan kesehatan anak-anak di bawah 10 tahun dalam beberapa dekade terakhir (dengan beban penyakit keseluruhan yang menurun sekitar 55%), namun hal ini belum diimbangi dengan respons yang serupa pada kelompok-kelompok usia yang lebih tua.

Sepuluh kontributor teratas akan meningkatnya gangguan kesehatan di seluruh dunia selama 30 tahun terakhir, yang diukur sebagai kenaikan mutlak terbesar dalam jumlah DALYs, mencakup enam penyebab yang terutama mempengaruhi orang tua—penyakit jantung iskemik (dengan jumlah peningkatan terkait DALYs sebesar 50% antara tahun 1990 dan 2019), diabetes (naik 148%), stroke (32%), penyakit ginjal kronis (93%), kanker paru-paru (69%), dan gangguan pendengaran terkait usia (83%). Selain itu, empat penyebabnya merupakan hal umum sejak usia belasan hingga usia tua— HIV/AIDS (128%), gangguan muskuloskeletal (129%), nyeri punggung bawah (47%), dan gangguan depresi (61%).

Misalnya, sejak tahun 1990 hingga 2019, jumlah DALYs akibat penyakit jantung iskemik meningkat sebesar lebih dari 400% di Filipina, sedangkan jumlah DALYs akibat diabetes meningkat sebesar lebih dari 1000% di Uni Emirat Arab. Peningkatan kesehatan buruk itu mengancam sistem perawatan kesehatan yang tidak dilengkapi peralatan memadai untuk menangani kondisi-kondisi kronis yang terkait dengan pertumbuhan populasi yang menua.

Di tahun 2019, penyebab-penyebab utama gangguan kesehatan berbeda-beda secara substansial di semua kelompok usia. Cedera di jalan, gangguan sakit kepala, HIV/AIDS, nyeri punggung bawah, dan gangguan depresi adalah masalah kesehatan yang dominan di kalangan orang yang lebih muda berusia 10-49 tahun. Sementara itu, penyakit jantung iskemik, stroke, dan diabetes adalah kontributor utama gangguan kesehatan pada orang-orang berusia 50 tahun atau lebih.

Dalam dekade terakhir, kemajuan global di bidang kesehatan tidak merata. Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah (Low- and middle-income countries/LMIC) telah memperoleh kemajuan yang mengagumkan di bidang kesehatan, terutama keberhasilan upaya mereka dalam menangani penyakit infeksi, persalinan, dan neonatal. Misalnya Ethiopia, Sudan, dan Bangladesh telah mengalami penurunan 2% atau lebih per tahun dalam tingkat gangguan kesehatan terstandardisasi umur (DALYs).

Namun para penulis memperingatkan bahwa sistem kesehatan LMIC tidak mempunyai perlengkapan memadai untuk mengatasi bertumbuhnya beban penyakit yang disebabkan oleh PTM – yang telah meningkat di negaranegara berpendapatan rendah-menengah dari sekitar sepertiga dari keseluruhan beban penyakit di tahun 1990 menjadi hampir dua pertiga di tahun 2019. Lebih lanjut, meskipun kematian karena penyakit infeksi telah menurun secara substansial di seluruh LMIC, kematian (karena) PTM justru terus meningkat.

Di Uzbekistan, misalnya, diabetes naik dari peringkat 21 ke peringkat lima penyebab kematian utama (kenaikan sebesar 600% dalam jumlah kematian). Demikian pula, di Filipina, penyakit jantung iskemik telah meningkat dari peringkat ke lima menjadi penyebab utama kematian (kenaikan lebih dari 350%).

Sebaliknya, perbaikan dalam kesehatan mulai stagnan di sebagian besar negara-negara berpendapatan lebih tinggi, dan bahkan telah mundur di beberapa negara, khususnya Amerika Serikat, di mana tingkat gangguan kesehatan terstandardisasi usia telah meningkat sebesar hampir 3% selama dekade terakhir. Para penulis yakin bahwa alasan kurangnya kemajuan ini dapat mencakup naiknya tingkat obesitas serta hilangnya potensi untuk mengurangi merokok dan melakukan perbaikan lebih lanjut dalam jangkauan perawatan untuk tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang akan diperlukan untuk mempertahankan penurunan kasus kematian karena kardiovaskular.

“Karena disabilitas menjadi porsi yang makin meningkat dalam beban penyakit global dan merupakan sebuah komponen yang lebih besar dari belanja kesehatan, maka terdapat kebutuhan yang darurat dan mendesak untuk mengidentifikasi intervensi baru yang lebih efektif“, kata Murray.

“Dengan populasi global yang menua dengan cepat, tuntutan akan jasa kesehatan untuk menangani hasil-hasil yang mengecewakan dan kondisikondisi kronis, yang meningkat seiring usia, akan menuntut tingkat pendanaan yang lebih tinggi, komitmen politik yang kuat, akuntabilitas yang didukung oleh data yang lebih baik, dan sebuah upaya global terkoordinasi yang memprioritaskan mereka yang paling rentan,“ sambungnya. 

Kegagalan kesehatan publik untuk membendung meningkatnya faktor-faktor risiko yang bersifat kritis

Selama dekade terakhir, terdapat kenaikan yang cukup besar dan mengkhawatirkan (di atas 0.5% per tahun secara global) dalam paparan terhadap beberapa risiko yang dapat dicegah – obesitas, gula darah tinggi, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat-obat terlarang – yang berkontribusi terhadap bertambahnya beban PTM, dan menekankan kebutuhan mendesak untuk upaya kesehatan publik yang lebih kuat.

Dampak kumulatif terbesar atas kesehatan muncul dari kenaikan yang mencengangkan dalam risiko metabolik, yang telah meningkat 1.5% per tahun sejak 2010. Secara kolektif, risiko metabolik (yakni BMI yang tinggi, gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi) bertanggungjawab atas hampir 20% dari total gangguan kesehatan di seluruh dunia di tahun 2019 - 50% lebih tinggi daripada tahun 1990 (10,4%). Mereka juga bertanggungjawab atas sejumlah besar kematian di dunia - dengan tekanan darah tinggi berkontribusi terhadap 1 dalam 5 kematian (hampir 11 juta orang) di tahun 2019, gula darah tinggi (6.5 juta kematian), BMI tinggi (5 juta) dan kolesterol tinggi (4.4 juta).

Di antara risiko-risiko utama PTM, hanya merokok yang menurun secara signifikan. Upaya keras untuk mengimplementasikan kebijakan pengendalian tembakau internasional telah membuat paparan terhadap merokok menurun sebesar hampir 10% di seluruh dunia sejak 2010, meskipun tembakau (yang dihirup, dihirup dari pihak lain, dan dikunyah) tetap menjadi penyebab utama kematian di banyak negara berpendapatan tinggi, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jepang, Belgia, dan Denmark di tahun 2019; dan merenggut hampir 9 juta jiwa di seluruh dunia.

Dampak dari faktor-faktor risiko juga sangat berbeda di berbagai wilayah. Di banyak wilayah di Amerika Latin, Asia, dan Eropa, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, BMI tinggi, dan penggunaan tembakau adalah kontributor utama terhadap kesehatan buruk. Di Oseania, gizi buruk dan polusi udara termasuk risiko-risiko utama. Perbedaan-perbedaan yang mencolok adalah di sub-Sahara Afrika, yang tidak seperti wilayah-wilayah lainnya, didominasi oleh gizi buruk, air, sanitasi, dan cuci tangan yang tidak aman; polusi udara; dan seks yang tidak aman.

“Sekedar memberikan informasi mengenai bahaya dari risiko-risiko ini tidak cukup”, kata rekan penulis

Profesor Emmanuela Gakidou dari IHME. “Mengingat bahwa pilihan-pilihan individu dipengaruhi oleh pertimbangan keuangan, edukasi, dan ketersediaan alternatif, maka pemerintah hendaknya bekerja sama secara global atas inisiatif untuk membuat perilaku yang lebih sehat bagi setiap orang. Serta, mengambil pelajaran dari beberapa dekade pengendalian tembakau, ketika terdapat risiko besar terhadap kesehatan penduduk, seperti obesitas, tindakan pemerintah yang terkoordinasi melalui peraturan, perpajakan, dan subsidi mungkin diperlukan.”

Temuan-temuan menekankan perlunya menangani faktor penentu kesehatan yang lebih luas

Sejak tahun 2000, telah terjadi kemajuan pesat di negara-negara kurang berkembang dibandingkan dengan kemajuan di negara-negara maju—yang mendorong peningkatan harapan hidup dan harapan hidup sehat melalui upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan, menyediakan tahun pendidikan yang lebih panjang, dan mendukung keluarga berencana.

Para penulis menekankan bahwa ada negara-negara yang terlambat menyadari betapa pentingnya pembangunan sosial dan ekonomi terhadap kesehatan secara menyeluruh, dan perlunya pendekatan lebih luas yang lebih memperhatikan semua pendorong kesehatan penduduk

“Mengingat dampak yang besar dari pembangunan sosial dan ekonomi terhadap kemajuan kesehatan, maka melipatgandakan kebijakan dan strategi yang merangsang pertumbuhan ekonomi, memperluas akses kepada pendidikan di sekolah, dan meningkatkan status perempuan, hendaknya menjadi prioritas kita bersama,” kata Murray 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: