Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rakyat Prancis Kenang dan Beri Penghormatan pada Tewasnya Guru yang Diskusikan Karikatur Nabi

Rakyat Prancis Kenang dan Beri Penghormatan pada Tewasnya Guru yang Diskusikan Karikatur Nabi orang-orang memegang bendera Prancis. | Kredit Foto: Unsplash/Alice Triquet
Warta Ekonomi, Paris -

Ribuan orang berkumpul di seluruh Prancis untuk mendukung guru dan membela kebebasan berekspresi pada Minggu, (18/10/2020) waktu setempat.

Ribuan warga Prancis tersebut memberi penghormatan setelah pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sejarah yang dipenggal pada Jumat (16/10/2020).

Baca Juga: Pemenggalan Guru Prancis, Arab Saudi Beri Respons Telak ke Dunia

Pembunuhan itu terjadi setelah guru tersebut menunjukkan kepada murid-muridnya kartun Nabi Muhammad di kelas tentang kebebasan berekspresi.

Dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Prancis Jean Castex berdiri bersama warga, asosiasi, dan serikat pekerja yang berdemonstrasi di Place de la Republique di Paris untuk mendukung kebebasan berbicara dan mengenang guru berusia 47 tahun

“Anda tidak membuat kami takut. Kami tidak takut. Anda tidak akan memecah belah kami. Kami adalah Prancis! ” kata Castex dalam cuitannya di Twitter.

Orang-orang yang berkumpul tampak membawa spanduk bertuliskan "Mengajar ya, tidak berdarah" atau "Saya Charlie", mengacu pada majalah satir Charlie Hebdo yang kantornya diserang 5 tahun lalu.

Pelaku penyerang yang lahir di Rusia asal Chechnya, langsung ditembak mati oleh polisi setelah melakukan penikaman.

Otoritas Prancis mengatakan pihaknya telah menahan orang ke-11 setelah pembunuhan itu dan Presiden Emmanuel Macron telah memerintahkan pengusiran 231 warga negara asing yang ditandai sebagai radikal Islam oleh dinas keamanan.

Prancis mendefinisikan ekstremis sebagai 'orang-orang yang, terlibat dalam proses radikalisasi, cenderung ingin pergi ke luar negeri untuk bergabung dengan kelompok teroris atau mengambil bagian dalam kegiatan teroris'.

Awal bulan Oktober ini, Macron menetapkan rencananya untuk menghentikan penyebaran radikalisme dan separatisme dengan membatasi aktivitas kelompok agama, budaya dan olahraga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: