Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Erick Nafsu Berat Buat Bank Syariah Besar, Gak Mau Kalah Sama Malaysia Ya?

Erick Nafsu Berat Buat Bank Syariah Besar, Gak Mau Kalah Sama Malaysia Ya? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri BUMN, Erick Thohir tinggal selangkah lagi membuat Indonesia memiliki bank syariah terbesar. Namun, Erick mesti sabar, karena keingunannya tersebut masih harus menunggu selesainya proses penggabungan atau merger bank syariah BUMN yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS). Proses merger ketiganya, ditargetkan akan rampung pada 1 Februari 2021 mendatang. Lalu apa mengapa Erick yang memiliki latar belakang sebagai pengusaha nafsu memiliki Bank Syariah?

Dalam prospektus ringkasan rancangan penggabungan antara BRISyariah, BSM dan BNIS yang diterbitkan diungkapkan bahwa hal tersebut dilatari oleh kondisi Indonesia yang merupakan negara dengan komposisi penduduk muslim yang cukup tinggi.

Sayangnya, tingkat penetrasi aset syariah dibandingkan dengan aset perbankan secara umum di Indonesia pada tahun 2019 masih tergolong rendah, yaitu dibawah 8%. Jika dibandingkan dengan penetrasi aset syariah pada tahun 2019 di negara-negara dengan jumlah penduduk muslim yang tinggi seperti Malaysia, Kuwait, Bahrain, Brunei dan Saudi Arabia yang rata-rata diatas 20% dan bahkan ada yang mencapai diatas 50%, penetrasi di Indonesia tergolong rendah.

Baca Juga: Sah! Bank Mandiri Jadi Bapaknya Bank Syariah BUMN

Masih menurut prospektus, kemampuan bank syariah di Indonesia, khususnya Bank Peserta Penggabungan pada saat ini untuk mendapatkan pendanaan melalui Sukuk juga terbatas, dimana penerbitan sukuk dibandingkan surat utang konvensional di Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab rata-rata diatas 20% per April 2020, sedangkan penerbitan sukuk dibandingkan surat utang konvensional di Indonesia masih dibawah 5% per April 2020.

Hal ini salah satunya disebabkan oleh belum adanya suatu bank syariah yang memiliki kemampuan, baik dari sisi finansial maupun teknologi untuk dapatmemenuhi kebutuhan nasabah dan meraih pangsa pasar syariah yang saat ini belum terjamah, khususnya pangsa pasar yang dapat diraih hanya oleh bank yang memiliki skala besar.

Dengan adanya rencana Penggabungan, diharapkan Bank Hasil Penggabungan akan memiliki modal dan aser yang cukup, dari segi finansial, sumber daya manusia, sistem teknologi informasi maupun produk-produk untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan penetrasi aset syariah serta meningkatkan daya saing Bank Hasil Penggabungan sehingga dapat bersaing secara global dengan 10 bank syariah terbesar di dunia.

Baca Juga: Merger Bank Syariah BUMN, Erick Thohir: Ini Adalah Amanah

Selain itu, Bank Hasil Penggabungan juga sejalan dengan upaya Pemerintah dalam mewujudkan ekosistem halal, dimana dengan adanya bank syariah dengan skala yang besar akan dapat menjadi pilar penting dalam mensukseskan integrasi keuangan syariah di Indonesia.

Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga bank syariah mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bank konvensional, dengan pertumbuhan berkisar antara 12-14% per tahun.

Didukung dengan pertumbuhan yang baik ini serta jaringan distribusi yang

semakin besar yang dapat meraih nasabah di seluruh Indonesia, kami yakin bahwa Bank Hasil Penggabungan di masa yang akan datang akan dapat berhasil menjadi bank syariah terbaik yang dapat memenuhi semua kebutuhan nasabah sesuai dengan visi dan misinya

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: