Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin, Mata Uang Digital yang Tahan Krisis dan Makin Populer

Bitcoin, Mata Uang Digital yang Tahan Krisis dan Makin Populer Kredit Foto: Unsplash/André François McKenzie
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2019, Bitcoin (BTC) diperdagangkan secara konsisten di atas US$12.500 atau setara dengan Rp184 juta. Begitu pula, kesulitan penambangan Bitcoin naik ke level tertinggi baru sepanjang masa pada 18 Oktober, dengan hashrate mencapai ~137.80 EH/s.

Hashrate yang tinggi ini menandakan bahwa makin banyak penambang yang menambang Bitcoin.

Binance Research memprediksi bahwa penyesuaian ulang Difficulty Rate atau tingkat kesulitan penambangan berikutnya akan terjadi pada awal November yang diperkirakan akan meningkat lebih tinggi. 

"Sebagai perbandingan, biaya transaksi yang dikumpulkan oleh penambang tetap rendah, mewakili kurang lebih 8% dari total pendapatan penambang. Oleh karena itu, pertumbuhan hashrate baru-baru ini mungkin menunjukkan potensi pandangan bullish jangka pendek pada apresiasi modal dari Bitcoin," urai Binance Research melalui keterangannya kepada redaksi Warta Ekonomi, Jumat (23/10/2020). 

Baca Juga: Miliarder Wall Street Suka Bitcoin: Investasinya Sama Seperti di Apple, Google Lebih Awal

Grayscale Bitcoin Trust, sebuah instrumen investasi, juga tampak tumbuh, terlihat dari jumlah dana yang dikelola dari 262 ribu BTC pada Desember 2019 menjadi 488 ribu BTC pada 21 Oktober.

"Peningkatan ini menunjukkan minat investor untuk Bitcoin di seluruh pasar ritel dan institusional," kata Binance Research. 

Di tengah pembentukan kembali lanskap Bitcoin Futures, minat pada Bitcoin mencapai lebih dari US$4 miliar walaupun masih lebih rendah dari puncak sebelumnya pada 17 Agustus 2020 di mana volume keseluruhan mencapai US$6 miliar.

Bitcoin Futures rupanya tidak didominasi oleh pelaku pasar tunggal dalam hal pangsa pasar, melainkan dibagi antara CME, Binance, OKEX, BitMEX, FTX, dan Huobi. 

Di sisi lain, pasar opsi terutama didominasi oleh Deribit yang memiliki pangsa pasar sebanyak 60% dari total kontrak opsi dengan total nilai untuk opsi Bitcoin sendiri mencapai US$2,1 miliar. 

Beberapa faktor dapat memengaruhi perkembangan harga baru-baru ini. Sejumlah perusahaan tradisional telah menambahkan Bitcoin dalam portofolio investasi mereka, seperti MicroStrategy dan Square. Kedua perusahaan keuangan tersebut telah menambahkan Bitcoin ke neraca mereka untuk strategi alokasi modal jangka panjang.

"Ini berpotensi terkait dengan lingkungan makro akibat krisis yang disebabkan Covid-19. Beberapa lembaga keuangan dan global seperti IMF menyesuaikan ekspektasi mereka untuk pemulihan ekonomi dari krisis Covid-19, yang berpotensi memicu pelarian ke aset alternatif," tulis Binance Research lagi.

Adapun berita besar seperti pengumuman PayPal yang mulai menyediakan layanan kustodian kripto, dalam kerja sama dengan Paxos, potensi jangkauannya hingga 26 juta pedagang di seluruh dunia.

Baca Juga: Aset Kapitalisasi Pasar Bitcoin Terbang Tinggi, PayPal Ketendang 

Dalam industri aset kripto, tren menurun dari DeFi atau Decentralized Finance telah menyebabkan individu dan investor institusional menyeimbangkan kembali portofolionya ke aset kripto yang relatif kurang berisiko seperti Bitcoin.

Menurut Glassnode, saldo Bitcoin di bursa-bursa dilaporkan mencapai 2,5 juta BTC, turun dari 2,9 juta pada Januari 2020. Hal tersebut berpotensi mempengaruhi dinamika sisi jual pasar spot bitcoin.

"Salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah tidak ada berita negatif baru-baru ini yang memiliki dampak negatif yang bertahan lama pada harga Bitcoin. Ini menunjukkan bagaimana pasar Bitcoin menjadi tidak kebergantungan pada satu faktor istimewa," pungkas Binance Research.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: