Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dikritik Banyak Pihak, Museum Islam Israel Tunda Penjualan Barang Antik

Dikritik Banyak Pihak, Museum Islam Israel Tunda Penjualan Barang Antik Kredit Foto: Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Niat sebuah Museum Seni Islam LA Mayer, di Yerusalem, Israel, menjual ratusan barang antik terpaksa ditunda. Hal itu karena adanya protes dari Presiden dan Kementerian Kebudayaan Israel.

Dikutip kantor berita Qatar, Al Jazeera, Tercatat, ada lebih dari 250 artefak kuno langka dari seluruh Timur Tengah yang rencananya akan dilelang di Sothebys, London pekan ini. Rata-rata, barang-barang tersebut merupakan peninggalan kebudayaan Islam. Terdiri dari karpet, senjata, dan keramik yang telah berusia berabad-abad dari seluruh Timur Tengah.

Baca Juga: Israel Kembali Peluk Satu Lagi Negara Islam, Picu Pecahnya Negeri 2 Nil

Museum direncanakan menyerahkan sekitar 190 buah benda dari berbagai jenis dan 60 jam tangan antik di rumah lelang Inggris, Sothebys. Barang-barang langka itu diharapkan bisa terjual dengan nilai jutaan dolar.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin (26/10/2020), pihak museum menunda lelang setelah berdialog dengan Kementerian Kebudayaan Israel. Hal ini sebagai tanggapan atas permohonan pribadi dari Presiden Israel, Reuven Rivlin.

Dalam pernyataan tersebut, Hermann de Stern Foundation, donor utama lembaga itu mencatat, koleksi tersebut sebenarnya merupakan milik pribadi. Dan rencana penjualannya pun telah diizinkan berdasarkan undang-undang.

Namun manajemen yayasan berharap, penundaan akan memungkinkan tercapainya kesepakatan. "Yang juga dapat diterima oleh Kementerian Kebudayaan dalam beberapa minggu mendatang," ujar pernyataan manajemen museum itu.

Sebelumnya, Otoritas Israel menentang lelang tersebut, dan akan melakukan apa saja demi mencegahnya. Senin (26/10/2020) lalu, Rivlin menyampaikan keprihatinannya dan meminta pihak berwenang mencegah penjualan aset budaya tersebut. Dia mengatakan, barang-barang itu lebih berharga dan penting daripada nilai ekonominya.

Adapun barang-barang kuno yang hendak ditawarkan yakni, cetakan Alquran di masa-masa awal, tekstil dari era Khilafah Utsmani, tembikar dari seluruh negeri dengan kebudayaan Islam, helm abad ke-15 yang dirancang untuk dipakai di atas sorban, mangkuk abad ke-12 yang menggambarkan seorang Pangeran Persia, kerajinan logam bertatahkan perak, dan senjata Islam serta baju besi (zirah).

Museum itu didirikan pada 1965, oleh Vera Salomons, yang merupakan keturunan keluarga bangsawan Inggris-Yahudi. Nama museum, Leo Arie Mayer (12 Januari 1895 – 6 April 1959), diambil dari nama seorang ilmuan Israel yang terkemuka pada bidang seni Islam dan Rektor Hebrew University, Yerusalem.

Museum itu menampung ribuan artefak Islam yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-19. Museum itu juga memiliki koleksi jam tangan antik yang diturunkan keluarga Salomons. Termasuk lusinan jam tangan yang dirancang Breguet.

Akibat pandemi Corona, museum itu ditutup hampir selama setahun ini. Aktivitas pelelangan sendiri dilaporkan telah dilakukan selama dua tahun terakhir.

Di hari yang sama, surat kabar Israel Haaretz melaporkan, museum mengalami masalah keuangan. Artefak yang akan dijual diperkirakan bernilai 9 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 132 miliar. Hingga saat ini, Balai Lelang Sothebys belum mengonfirmasi penundaan lelang.

Nava Kessler, Ketua Asosiasi Museum Israel mengatakan, tidak etis dan tidak pernah terdengar ada sebuah museum yang menjual barang-barang ke kolektor pribadi. Menurutnya, praktik itu merupakan hal yang buruk. "Saya sangat malu karena itu terjadi di Israel," kecamnya.

Menteri Kebudayaan Israel, Hili Tropper menambahkan, pihak berwenang terkejut mengetahui dalam beberapa pekan terakhir, penjualan yang berharga dan belum pernah terjadi sebelumnya, sedang berlangsung.

Dia memastikan, pihaknya akan menggunakan segala cara yang legal, untuk mencegah penjualan aset yang tidak boleh diambil dari Museum Islam di Yerusalem itu.

"Benda-benda itu memiliki nilai sejarah dan seni yang hebat," tegas Tropper.

Sebelumnya, Israel Antiquities Authority (IAA) berhasil mencegah dua artefak dilelang karena ditemukan di Israel. Tetapi museum itu malah bisa mengirimkan barang-barang yang tersisa ke London.

Michael Sebbane, Direktur Harta Nasional IAA mengatakan, para pejabat terkejut saat mengetahui penjualan tersebut, yang menurutnya menunjukkan kurangnya profesionalisme. Benda-benda itu, lanjutnya, sangat penting, unik, dan begitu dijual, masyarakat akan merasa sangat kehilangan.

“Jika kolektor pribadi membelinya maka Anda tidak akan melihatnya lagi," Sebbane mengingatkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: