Pandemi Gak Ngaruh! Pengusaha China Raup Cuan dari Properti yang Terus Tumbuh!
Daratan China hingga tahun 2000 belum memiliki seorang miliarder satu pun. Saat itu, Zuo Hui pun menemukan ide baru untuk menjual rumah kepada pembeli individu. Ini adalah langkah yang berani, karena PDB per kapita rata-rata saat itu adalah sekitar USD1.000 dan kebijakan pemerintah yang mengizinkan kepemilikan properti pribadi baru diluncurkan dua tahun sebelumnya.
"Saat itu, tidak banyak orang yang membeli rumah sendiri," kenang Zuo.
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Kamis (12/11/2020) saat ini, China adalah pasar properti residensial terbesar di dunia. Terlepas dari pandemi, total penjualan rumah baru dan yang sudah ada di China diperkirakan menjadi USD3,5 triliun (Rp49 triliun), naik 3% dari tahun lalu.
Baca Juga: Vaksin Pfizer Ampuh, Kekayaan Miliarder di Baliknya Langsung di Atas Awan!
Perusahaan yang didirikan Zuo, KE Holdings pun merasakan keuntungan ini. Ia memiliki jaringan 42.000 kantor penjualan, dengan lebih dari 450.000 agen di seluruh negeri. Kamus Perumahannya adalah situs terbesar di China berdasarkan daftar properti tempat tinggal dengan lebih dari 220 juta dalam basis datanya.
KE bekerja sama dengan pengembang untuk meluncurkan dan memasarkan proyek baru mereka. Bersama proyek itu, ia menawarkan layanan kontrak dan renovasi. Ia bahkan memiliki teknologi virtual-reality untuk memungkinkan tampilan properti virtual dengan 420 juta tampilan tahun lalu. Hal ini pun berhasil membuat KE mendominasi pasar.
Platformnya turut menjadi transaksi dan layanan perumahan terbesar di China berdasarkan transasksi bruto. Tahun lalu, bruto KE mencapai USD318 miliar, naik 85% dari 2018. Selama enam bulan hingga Juni termasuk bulan-bulan pandemi terburuk di China, bruto KE tetap mencapai USD198 miliar, naik 49% tahun-ke-tahun. Beberapa pakar menjuluki KE adalah Alibaba dalam pasar properti residensial China.
Perjalanan Zuo jelas berbuah manis. Pria yang memperoleh gelar dalam ilmu komputer pada tahun 1992 dari Universitas Teknologi Kimia Beijing ini dulunya pernah bekerja sebagai agen asuransi. Hingga pada tahun 1998, Beijing memperkenalkan reformasi yang mendorong kepemilikan individu atas properti dan mendorong Zuo untuk berbisnis properti pada tahun 2001.
Meski sempat khawatir akan dampak dari pandemi Covid-19, tapi ternyata tetap membuat perusahaan moncer. Hal ini karena orang-orang ingin memiliki rumah yang nyaman.
"Kami awalnya khawatir [tentang dampak Covid] tetapi ternyata pelanggan sekarang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan lebih memperhatikan untuk memiliki rumah yang nyaman," katanya.
Dengan meningkatnya pendapatan, pembeli China semakin mencari tempat yang lebih mewah. Di kota-kota papan atas seperti Beijing dan Shanghai, 40% dari semua transaksi dalam dua tahun terakhir mereka adalah pembeli yang meng-upgrade rumah mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: