Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kecewa di Masa Lalu Gak Bisa Diobati, Mahathir Lagi-lagi Jegal Usaha Anwar Berkuasa

Kecewa di Masa Lalu Gak Bisa Diobati, Mahathir Lagi-lagi Jegal Usaha Anwar Berkuasa Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim tertawa saat konferensi pers di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (23/9/2020). | Kredit Foto: Antara/REUTERS/Lim Huey Teng
Warta Ekonomi, Kuala Lumpur -

Kisruh politik di Malaysia tak kunjung usai. Usaha pemimpin oposisi Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim menumbangkan Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin masih berlanjut. Mantan PM Mahathir Mohamad pun lagi-lagi berusaha menjegal langkah mantan anak didiknya itu.

Dalam wawancara bersama Malaysian Insight yang dirilis pada Sabtu (14/11/2020), Mahathir menilai, bahwa Anwar tidak akan bisa menjadi PM yang baik. Padahal, anggota parlemen dari langkawi itu pernah berjanji akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar, usai menang Pemilihan Raya ke-14 pada 9 Mei 2018.

Baca Juga: Beres Jumpa Raja, Anwar Ibrahim Kini Diundang Mampir Polisi

“Anwar tidak akan bisa menjadi PM yang baik, karena dia tidak melakukan tugasnya dengan benar dalam rentang waktu dua bulan pada 1997,” ujar Mahathir, merujuk pada Krisis Finansial Asia pada tahun tersebut.

Saat terjadi krisis kala itu, Mahathir cuti dari pekerjaannya selama dua bulan. Anwar, yang saat itu merupakan Wakil PM, menggantikan tugas Mahathir untuk sementara. Menurut Mahathir, performa Anwar saat menggantikannya tidak sesuai harapannya.

“Saya menguji kemampuannya saat saya masih menjadi perdana menteri. Saya berlibur selama dua bulan, dan Anwar mengambil alih kekuasaan. Kami sedang mengalami krisis ekonomi saat itu, dan kebijakannya tidak membantu memulihkan kondisi finansial negara,” sebut Mahathir.

"Itulah mengapa saya harus mengambil alih tugas menteri keuangan dan mengusulkan rencanarencana untuk menyelamatkan negara dari krisis ekonomi. Saya tidak tahu bagaimana masyarakat melihat hal ini. Tapi sudah jelas, saat krisis finansial 1997, Anwar tidak mampu menanganinya,” sambung dia.

Pada 1997, Mahathir sempat berselisih paham dengan Anwar terkait penanganan krisis ekonomi. Saat itu, Anwar ngotot ingin menerima paket bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

“Dia selalu mengikuti Bank Dunia dan IMF. Saya telah mengatakan kepadanya, jika mengikuti saran mereka, negara kami tidak akan memiliki cukup dana bahkan untuk membayar gaji. Tapi dia terus mendukung mereka,” katanya.

Ketika Dr Mahathir kembali menjabat, dia mencabut beberapa keputusan Anwar dan meluncurkan paket kebijakan untuk melindungi malaysia, termasuk mematok ringgit terhadap dolar AS. Malaysia dipuji secara global karena memimpin pemu lihan terkuat di antara negara-negara yang terkena dampak buruk krisis ekonomi.

Kala itu, mahathir memecat Anwar. Kemudian, Anwar membuat tulisan panjang mengenai responsnnya terhadap krisis 1997. Ia membela kinerjanya kala itu, dan mengkritik pendekatan Mahathir.

Dilansir Malay Mail, Anwar mengaku melihat rekomendasi IMF sebagai kesempatan untuk mereformasi sistem pemerintahan yang di penuhi tindakan korupsi. Untuk diketahui, Anwar sebelumnya mengaku memiliki mayoritas dukungan di parlemen.

Presiden PKR itu mengklaim, memiliki mayoritas yang kuat dan tangguh untuk meng gulingkan pemerintahan Muhyiddin. meski begitu, Mahathir tidak yakin dan khawatir, Anwar mengalami delusi.

“Dia masih bukan perdana menteri hari ini meskipun dia mengklaim beberapa kali akan menjadi perdana menteri. Ada persiapan yang dibuat untuknya dilantik, tapi sayangnya itu tidak terjadi,” cetusnya.

Juru bicara PKR, Shamsul iskandar Mohd Akin meminta Mahathir berhenti menggagal kan upaya PH untuk mengembalikan mandat rakyat.

“Pernyataan Tun Dr Mahathir Mohamad menggambarkan bahwa beliau ingin tetap berada di arus politik utama,” katanya.

“Kita semua paham, kegagalan Tun Dr Mahathir sebagai Perdana menteri dalam mempertahankan agenda reformasi dan mandat yang diberikan rakyat sepanjang 22 bulan PH memerintah negara,” bebernya, seraya menuding tindakan Mahathir yang meletakkan jabatan tanpa bermusyawarah dengan pimpinan PH adalah penyebab kejatuhan pemerintahan.

Shamsul kembali menegaskan, Anwar dan pimpinan PH sedang berjuang untuk mendapatkan kembali mandat rakyat yang dirampas. Karena itu, lanjut dia, Mahathir perlu menghentikan tindakantindakannya untuk memecah belah PH, serta menggagalkan usaha tersebut.

“Tun Dr Mahathir seharus nya insaf dan menyadari bahwa segala ketidakstabilan politik yang terjadi saat ini gara-gara tindakannya sendiri. Beliau seharusnya menunjukkan sikap sebagai seorang negarawan dan membantu usaha Dato’ Seri Anwar dan PH untuk mengem balikan mandat rakyat, dan bukan menggagalkannya,” tegas Shamsul.

Asal Bukan Anwar

Menurut pengamat James Chin dari University of Tasmania, Australia, selama Mahathir masih ada, dia akan melakukan berbagai cara untuk menghalangi upaya Anwar menduduki posisi teratas.

Menurutnya, itu sudah bisa dilihat saat keduanya duduk di satu pemerintahan pada 1990an. Saat itu, Anwar adalah wakil mahathir. “Pada dasarnya, Mahathir memiliki agenda pribadi untuk memastikan bahwa Anwar tidak menjadi perdana menteri. Tidak lebih dari itu,” ujar James, dikutip Free Malaysia Today.

“Bahkan, jika mahathir bukan perdana menterinya, orang lain yang harus jadi perdana menteri. Asal bukan Anwar,” lanjutnya.

Soal koalisi Mahathir dengan Anwar dalam Pemilihan umum Malaysia ke-14 pada 9 Mei 2018, Chin menilai, Mahathir tidak pernah berniat membiarkan Anwar mengambil alih kursi PM.

Hal senada dilontarkan Pengamat Politik dari University Malaya, Awang Azman Pawi. Menurutnya, Mahathir tampaknya “terjebak di dunianya sendiri”. Yakni, Mahathir merasa tidak ada orang lain selain dirinya yang layak memimpin bangsa.

Awang mencatat, mahathir telah melakukan gerakan untuk menjatuhkan Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak, karena mereka tidak memimpin sesuai keinginannya.

Meski mahathir telah memilih Abdullah sebagai penggantinya. mahathir ke mudian memberikan restunya kepada Najib. Awang menambahkan, Mahathir takut pada Anwar, yang jauh lebih mampu daripada dia.

“Mahathir takut orangorang lupa dengan masa kejayaan di bawah kepemimpinannya,” sambungnya.

Dilansir Malaysia Insight, Mahathir mengatakan, pemerintahan saat ini, Koalisi Perikatan Nasional merupakan masa depan yang cerah bagi masyarakat Malaysia, yang bosan dengan pemerintahan yang mempolitisir segala hal di tengah pandemi Covid-19. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: