Perekonomian global dan domestik pada triwulan III 2020 melanjutkan tren perbaikan. Menyikapi perkembangan tersebut dan hasil asesmen keseluruhan, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur tanggal 18-19 November 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75%.
Keputusan ini mempertimbangkan prakiraan inflasi yang tetap rendah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
"BI tetap berkomitmen untuk mendukung penyediaan likuiditas, termasuk dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN 2020, guna mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid-19," Demikian intisari Laporan Kebijakan Moneter triwulan III 2020 yang diterbitkan pada Kamis (26/11/2020).
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, perbaikan perekonomian global berlanjut setelah pada triwulan III 2020 tumbuh lebih baik. Pertumbuhan ekonomi dunia pada triwulan III 2020 di banyak negara mulai membaik didorong oleh stimulus kebijakan dan peningkatan mobilitas. Sejumlah indikator dini pada Oktober 2020 mengindikasikan perbaikan ekonomi global yang berlanjut.
Baca Juga: Sri Mulyani Bawa Kabar Bahagia: Ekonomi RI Terbaik Kedua Dunia Setelah China!
"Hal ini tercermin dari mobilitas masyarakat yang meningkat, ekspansi Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur dan Jasa yang berlanjut di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta keyakinan konsumen dan bisnis yang membaik di AS dan kawasan Eropa," paparnya.
Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global menurun didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global dan ketidakpastian pemilu AS yang mereda.
"Perkembangan ini kembali meningkatkan aliran modal ke negara berkembang dan mendorong penguatan mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia," tukasnya.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi domestik juga membaik, sejalan dengan peningkatan realisasi stimulus fiskal dan mobilitas masyarakat, serta permintaan global. Peningkatan realisasi stimulus dan mobilitas menopang perbaikan permintaan domestik secara bertahap, baik konsumsi maupun investasi.
Sementara itu kinerja ekspor juga membaik, didorong oleh permintaan global terutama dari AS dan Tiongkok. Perbaikan ekonomi domestik yang terus berlanjut tercermin pada perkembangan positif sejumlah indikator pada Oktober 2020, seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran nonmakanan dan online, PMI Manufaktur, serta pendapatan masyarakat.
"Pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat di 2021 didorong oleh perekonomian global yang membaik serta akselerasi realisasi anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kemajuan dalam program restrukturisasi kredit, serta stimulus moneter dan makroprudensial BI yang berlanjut," jelas Onny.
Stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga. Hal itu tercermin pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat surplus, cadangan devisa yang tetap tinggi, dan nilai tukar Rupiah yang menguat didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik.
Sementara itu, inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai. Sejalan dengan kebijakan akomodatif yang ditempuh BI kondisi likuiditas tetap longgar sehingga mendorong suku bunga terus menurun dan mendukung pembiayaan perekonomian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: