Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prediksi Keamanan Siber di 2021 Versi Palo Alto

Prediksi Keamanan Siber di 2021 Versi Palo Alto Kredit Foto: Palo Alto Networks
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan teknologi Palo Alto Networks memprediksi bagaimana sejumlah kondisi keamanan siber di tahun 2021. Berbagai tren mengenai data pribadi menjadi sorotan. Data pribadi mendapat ancaman dari kebijakan travel bubble dan green lane pascapandemi.

"Ketika ada banyak orang melakukan traveling, negara-negara tertentu akan meminta contact tracing. Artinya, ada banyak data yang harus dibagikan pelancong ketika mereka memutuskan traveling. Misalnya nama, alamat pribadi, lokasi, riwayat kontak. Ini semuanya adalah data pribadi," kata VP & Regional Chief Security Officer Asia Pasific dan Japan Palo Alto Networks, Sean Duca, Selasa (1/12/2020).

Baca Juga: Ini Prediksi Ancaman Siber di 2021 Versi Kaspersky

Makin banyak negara yang menerapkan kebijakan travel bubble dan reciprocal green lanes untuk menggairahkan kembali sektor pariwisata dan perhotelan. Namun, agar pengaturan tersebut menjadi efisien dan aman bagi wisatawan, data pribadi perlu dibagikan melintasi batas negara disertai dengan kontrol keamanan yang tepat dan komunikasi transparan tentang pengelolaan dan penyimpanan data tersebut.

Adanya kebutuhan krusial akan pergerakan data antara pihak pemerintah, maskapai penerbangan, bandara, dan hotel akan menjadikan perdebatan mengenai bagaimana data disimpan, diakses, dan digunakan makin mengemuka di tahun 2021. Ini terutama disebabkan makin banyak individu yang kian peduli tentang keamanan data pribadi yang mereka bagikan ke pihak lain.

Selain travelling, WFH atau work from home masih menjadi tren. Dalam hitungan minggu, transformasi digital akan berubah, dari sekadar ujaran yang diulang-ulang terus menjadi sebuah kebutuhan untuk terus 'beradaptasi agar mampu tetap bertahan.' Solusi kerja jarak jauh makin gencar diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di masa pembatasan sosial ini.

Sayangnya, banyak dari solusi ini mengandalkan teknologi lama seperti koneksi VPN yang tidak stabil, alat token fisik, dan gembok digital yang berbasis pada teknologi yang memang tidak dirancang mampu mendukung konektivitas secara simultan. Beberapa di antaranya bahkan hanya menjadi solusi sementara dan bahkan dianggap terlalu kompleks bagi sejumlah karyawan yang tidak paham akan dampak yang diakibatkannya terhadap keamanan siber.

Perusahaan-perusahaan dapat menyediakan perangkat-perangkat yang terkoneksi dan lebih simpel yang hanya memungkinkan karyawan dapat mengakses program dan sumber daya yang mereka butuhkan secara daring, dan menerima penugasan atau pekerjaan secara langsung, sehingga aset vital perusahaan akan terproteksi.

Seiring meningkatnya adopsi tools berbasis cloud, kebutuhan akan perangkat-perangkat yang mahal dengan daya komputasi yang lebih besar pun makin berkurang. Keberadaan Dekstop tervirtualisasi menjadi solusi yang makin populer.

Mendesain ulang secara total cara karyawan terhubung dapat memangkas komplikasi keamanan siber yang terkait dengan kebijakan Bring Your Own Computer (BYOC) yang sekarang telah menjadi kelaziman, sembari meningkatkan efisiensi dan efektivitas segmentasi jaringan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: