Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Awas, Penjualan Senjata Militer China Ternyata Melonjak Tajam karena...

Awas, Penjualan Senjata Militer China Ternyata Melonjak Tajam karena... Kredit Foto: Reuters/Damir Sagolj
Warta Ekonomi, Stockholm -

Lembaga think tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mengatakan penjualan senjata empat perusahaan terbesar China di sektor pertahanan pada 2019 naik 4,8 persen dibandingkan 2018. Total penjualan senjata mereka tahun lalu mencapai 56,7 miliar dolar AS.

SIPRI yang bermarkas di Swedia mengatakan untuk pertama kalinya mereka memasukan perusahaan-perusahaan pertahanan China ke daftar 25 produsen senjata terbesar di dunia.

Baca Juga: Tekan China di Laut, 3 Negara Raksasa Sampai-sampai Harus Ambil Manuver Bersama

Empat perusahaan China yang dimasukan SIPRI pada daftar tersebut antara lain Aviation Industry Corporation of China (AVIC), China Electronics Technology Group Corporation (CETC), China North Industries Group Corporation (NORINCO) dan China South Industries Group Corporation (CSGC). Secara berurutan mereka berada di peringkat 6, 8, 9, dan 24.

"Perusahaan-perusahaan China menerima keuntungan dari program modernisasi untuk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)," kata Peneliti Senior SIPRI Nan Tian dalam pernyataannya yang mendampingi daftar tersebut, Senin (7/12/2020).

Negara-negara Barat menilai potensi ancaman militer China semakin besar. Laporan reformasi NATO yang dirilis pekan lalu menyebutkan aliansi Atlantik harus berpikir lebih keras untuk mencari cara mengatasi meningkatnya kekuatan militer China.

SIPRI mengatakan penjualan senjata 25 produsen senjata di daftar yang mereka susun pada 2019 naik 8.5 persen menjadi 361 miliar dolar AS.

Lima perusahaan terbesar semuanya berasal dari Amerika Serikat (AS) yakni Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon, dan General Dynamics.  

Total penjualan senjata lima perusahaan itu mencapai 166 miliar dolar AS. Sebelumnya, SIPRI tidak pernah memasukan perusahaan China ke daftar itu karena kekurangan data. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: