Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

LIPI: Vaksin, Kunci Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Cepat

LIPI: Vaksin, Kunci Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Cepat Kredit Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan bahwa perbaikan perekonomian bergantung pada kecepatan pemerintah dalam melakukan program vaksinasi nasional.

"Kami meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi akan mengalami pergerakan yang sangat tergantung dari keberadaan dan ketersediaan vaksin Covid-19," kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Agus Eko Nugroho, di Jakarta, Jumat (18/12/2020).

Baca Juga: Menanti Vaksinasi, Fahira Idris: Makin Disiplin 3M!

Agus mengatakan, program vaksinasi nasional akan mendorong ekspetasi sektor konsumsi. LIPI, lanjutnya, telah membuat simulasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2021 berdasarkan capaian program vaksinasi. Menurutnya, bila tahun depan berjalan tanpa vaksin, PDB hanya akan tumbuh di kisaran 1,57%-2,07%.

Namun, bila vaksinasi telah dilakukan sebanyak 30%, pertumbuhan ekonomi akan tumbuh 2,99%-3.49%. Kemudian bila proses vaksinasi telah mencapai 50%, pertumbuhan PDB diprediksi tumbuh 3%-3,7%.

Namun demikian, apabila pemerintah mampu mengupayakan keberadaan vaksin bisa mencapai 4% saja bisa menjadi suatu prestasi. "Asumsinya, dalam pergerakan manusia ada ekspektasi terhadap konsumsi akan menjadi signifikan. Saya kira karena itu vaksin-vaksin ekonomi atau kebijakan ekonomi menjadi yang sangat kritikal," jelas Agus.

Agus mengungkapkan, selain vaksinasi, tenaga kerja menjadi aspek yang penting dari proses pemulihan ekonomi. "Bagaimana memanifestasikan Undang-Undang Cipta Kerja yang baru saja diinisiasi menjadi penting. Ini yang perlu kita dorong lebih lanjut," tegas Agus.

Ia pun menerangkan beberapa sektor tampaknya terus menjadi andalan utama, seperti sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, manufaktur, perdagangan besar dan eceran. "Manufaktur itu menjadi aspek yang perlu diperhatikan karena kontraksi yang luar biasa, dan ini yang dampaknya ini yang menjadikan manufaktur sebagai satu aspek yang penting," tambahnya.

Sebelumnya, World Bank dalam laporan Indonesia Economic Prospects edisi Desember 2020 yang berjudul "Towards a Secure Fast Recovery" memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 minus 2,2%. Proyeksi ini terkoreksi menurun dari perkiraan sebelumnya sebesar minus 1,6%.

"Indonesia akan menyelesaikan tahun ini dalam resesi, pertama kalinya dalam dua dekade," kata Acting Lead Economist World Bank Indonesia, Ralph Van Doorn.

Ia mengatakan, proyeksi itu berdasarkan pemulihan yang lebih lemah daripada perkiraan pada kuartal ketiga dan sebagian kuartal keempat serta adanya pembatasan mobilitas dan jarak sosial (social distancing) yang masih akan terus ada di tengah meningkatnya kasus-kasus Covid-19.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: