5 Tahun Lebih Cepat dari Perkiraan, China Bakal Jadi Pentolan Ekonomi Dunia di 2028
Lima tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya, China akan menggeser Amerika Serikat (AS) sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2028. Pemicunya, karena pemulihan yang kontras dari pandemi Covid-19 di kedua negara.
Prediksi ini disampaikan oleh sebuah lembaga pemikir Centre for Economics and Business Research (CEBR). CBER sebelumnya bernama Bureau of Business Research, adalah pusat penelitian dan kebijakan ekonomi di Miller College of Business di Ball State University di Muncie, Indiana, AS.
Baca Juga: Alibaba Kena Investigasi China, Jack Ma Dilarang ke Luar Negeri
"Untuk beberapa waktu, tema umum ekonomi global adalah perebutan ekonomi dan kekuatan lunak antara Amerika Serikat dan China. Pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi yang terkait, tentu saja membuat persaingan ini menguntungkan China,” tulis laporan tahunan lembaga tersebut, Senin (28/12/2020), dikutip Reuters.
Manajemen pandemi China yang terampil, dengan lockdown awal yang ketat, dan pertumbuhan jangka panjang di Barat, berarti kinerja ekonomi China relatif telah meningkat.
China tampak menetapkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,7 persen setahun dari 2021-2025, sebelum melambat menjadi 4,5 persen setahun dari 2026-2030.
Sementara AS, kemungkinan akan mengalami pemulihan pasca pandemi yang kuat pada 2021, pertumbuhannya akan melambat menjadi 1,9 persen per tahun, antara 2022 dan 2024, dan kemudian menjadi 1,6 persen setelah itu.
Sedangkan Jepang, akan tetap menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia, dalam dolar, sampai awal 2030-an, ketika akan digeser oleh India, hingga mendorong Jerman turun dari peringkat keempat menjadi kelima.
Lalu Inggris, yang saat ini merupakan ekonomi terbesar kelima menurut ukuran CEBR, akan turun ke posisi keenam mulai 2024.
Namun, meski terpukul pada 2021, karena keluarnya dari pasar tunggal Uni Eropa, Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris dalam dolar diperkirakan akan menjadi 23 persen lebih tinggi daripada Prancis pada 2035, dibantu oleh kepemimpinan Inggris dalam ekonomi digital yang semakin penting.
Eropa menyumbang 19 persen dari output di 10 besar ekonomi global pada 2020, tetapi itu akan turun menjadi 12 persen pada 2035, atau lebih rendah jika ada perpecahan sengit antara UE dan Inggris.
CEBR juga me-release, bahwa dampak pandemi pada ekonomi global kemungkinan akan muncul dalam inflasi yang lebih tinggi, bukan pertumbuhan yang lebih lambat.
Siklus ekonomi dengan kenaikan suku bunga pada pertengahan 2020-an, menimbulkan tantangan bagi pemerintah yang telah meminjam secara besar-besaran untuk mendanai krisis Covid-19.
"Tapi tren yang mendasari, yang telah dipercepat pada titik ini, menuju dunia yang lebih hijau dan lebih berbasis teknologi, saat kita memasuki tahun 2030-an," sebut laporan CEBR itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: