Tak tanggung-tanggung, Indonesia bahkan disebut akan memberikan pembebasan pajak (tax holiday) kepada Tesla hingga 20 tahun. Dengan catatan, jika pabrikan otomotif ternama itu benar-benar berkomitmen untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
"Indonesia sudah menyiapkan tax holiday lima sampai 20 tahun untuk Tesla, kalau mereka mau investasi di Indonesia," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia.
Baca Juga: Elon Musk Jadi Orang Terkaya Dunia, Tesla Luncurkan Varian Model Y Versi Murah
Meski begitu, besaran tax holiday yang bakal diberikan pemerintah bergantung pada nilai komitmennya. Indonesia bakal mengecek apakah nilai tersebut besar atau sangat besar. Nilai itu juga bakal menandakan bagaimana keseriusan investasi Tesla. "Tentu fasilitas ini tergantung dari nilai investasi mereka," imbuh Agus.
Produsen baterai kendaraan listrik asal China dan Korsel pun ikut melirik Indonesia. Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) dilaporkan akan berinvestasi sebanyak USS5,1 miliar atau sekira Rp71 triliun. Demikian diungkapnya Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam video virtual (16/11/2020). "Kemarin kita dari China sudah tanda tangan perjanjian kerja sama, 2021 sudah mulai ground breaking CATL"
Sementara LG Energy Solution asal Negeri Gingseng menanamkan investasi jauh lebih besar yakni mencapai US$9,8 miliar atau sekitar Rp142 triliun. Perusahaan ini akan bekerja sama dengan konsorsium BUMN untuk membangun industri sel baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining), serta industri prekursor dan katoda di Kawasan Industri Batang, Jateng.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira berpandangan bahwa soal investasi mobil listik, sebaiknya orientasi fokusnya diarahkan untuk ekspor dalam jangka pendek. Begitupun dengan pemberian insentif untuk menarik investasi, harusnya diberikan kepada produsen yang berorientasi ekspor.
"Insentif, harusnya ada diskon lebih besar untuk orientasi ekspor. Kemudian mendorong pemain lokal untuk mengisi komponen-komponen dari mobil listrik yang bisa dipasok dari dalam negeri. UMKM juga pasti sangat butuh. Mulai dari charging station, bengkel spare-part, perawatan, harus melibatkan pemain UMKM," beber dia kepada Warta Ekonomi belum lama ini.
Dia pun menyarankan Indonesia untuk masuk dalam supply chain atau rantai pasok dari komponen mobil listrik. Contohnya baterai. Pasalnya, Indonesia sejauh ini hanya mengisi komponen yang bersifat karet, misalnya ban, karena kebetulan Indonesia merupakan produsen karet mentah. Namun, untuk komponen-komponen elektrikal seperti baterai dan mesin, Indonesia belum mampu masuk dalam rantai pasoknya.
"Itu mungkin yang bisa dilakukan Indonesia karena selama ini kontribusinya dalam mobil listrik terbilang sangat kecil, kurang dari 5%," ujarnya.
Kalau pun Indonesia mau mengembangkan mobil listrik yang skalanya untuk konsumsi dalam negeri, Bhima membocorkan ide yang menarik. Sarannya mobil listrik nasional untuk kebutuhan pedesaan, yang untuk mengangkut hasil pertanian atau perkebunan. Dia menilai kendaraan jenis itu jauh lebih dibutuhkan saat ini. Segmentasinya pun belum banyak digarap oleh pemain pabrikan besar.
"Sebaiknya jangan bersaing dengan pabrikan-pabrikan dari Jepang, dari Amerika, dari Eropa, tapi harus juga melihat segmentasi," ujarnya.
Asa Investasi Pulihkan Perekonomian
Bhima bilang peluang dari mobil listrik ini cukup besar. Di pasar luar negeri saja, pemain dari mobil listrik ini makin meningkat, semakin banyak. Ada negara-negara produsen baru misalnya China, juga negara-negara dari Eropa. Sehingga kebutuhan komponen mobil listrik juga akan semakin besar.
Apalagi Indonesia sedang membangun kawasan industri di Batang dengan harapan bakal terjadi percepatan produksi untuk mobil listrik dan komponennya.
"Syukur-syukur Indonesia bisa langsung mengekspor completely built-up (CBU) atau langsung komplit, bukan hanya sekadar komponennya," harapnya.
Meski peluangya begitu besar, pemulihan ekonomi melalui investasi mobil listrik ini tentu butuh waktu. Tidak ada proses yang instan. Saat ini pun kawasan industri Batang yang disiapkan untuk pabrik baterai atau komponen mobil listrik masih dalam tahap pembangunan, sehingga hasilnya tidak bisa dilihat pada tahun 2021.
"Mungkin membutuhkan waktu, tapi dengan adanya proyek konstruksi pabriknya, realisasi investasi, pembebasan lahan, ini sudah mulai menunjukkan adanya tren positif bagi pemulihan ekonomi. Tapi ini intinya untuk jangka menengah panjang," tukasnya.
Menanggapi investasi LG Energy, Bahlil secara tegas menyatakan bahwa kerja sama investasi ini adalah kolaborasi antara perusahaan asing, konsorsium BUMN, pengusaha nasional, pengusaha nasional di daerah, dan UMKM. Artinya bakal membawa dampak positif bagi perekonomian nasional, juga secara lokal di Kabupaten Batang.
"Tidak lagi bicara untuk sendiri-sendiri. Pengusaha lokal dan UMKM harus dilibatkan karena tujuan investasi selain percepatan pertumbuhan ekonomi, juga pemerataan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah sudah menyiapkan lahan, sarana, dan prasarana infrastrukturnya yang memadai, serta ketersediaan tenaga kerja yang diperlukan," jelas Bahlil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: