Dunia Maya Tak Luput dari Pemantauan Jelang Pelantikan Joe Biden
Tidak lama setelah pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerang Capitol Hill pada 6 Januari lalu, seorang pendukung Trump mengunggah tulisan di laman TheDonald.win. Ia mengancam melakukan aksi nyata.
Terinspirasi dari upaya mencegah Kongres meresmikan kemenangan Joe Biden, seorang pengguna yang menggunakan nama CONN_WYNN menulis 'sudah waktunya meninggalkan keyboard' dan 'Berjuang untuk negara saya'. Beberapa hari kemudian di laman yang sama CONN_WYNN menulis badan penyelidik AS (FBI) San Francisco menghubunginya.
Baca Juga: Joe Biden Dibayang-bayangi Civil War, Orang-orangnya Waspadai Kelompok...
"Pro Tip : Berpikirlah sebelum Anda mengunggah, mereka mengawasi. Saya belajar dengan cara yang pahit," tulisnya dalam unggahan yang mencantumkan foto kartu nama seorang agen FBI.
Juru bicara kantor FBI San Francisco mengatakan, ia tidak bisa memberikan detail interaksi itu atau mengonfirmasi apakah agen mereka benar-benar mengunjungi orang yang menulis pesan tersebut.
"Jika ia memiliki kartu nama kami dan mengatakan ia kami kunjungi, saya cukup yakin kami memang mengunjunginya," kata juru bicara itu.
Sebelum penyerangan ke Capitol Hill, unggahan-unggahan semacam itu tidak pernah memicu kunjungan agen FBI. Namun penyerbuan yang menewaskan lima orang tersebut mendorong penegak hukum federal mengintensifkan pengawasan mereka terhadap jaringan percakapan daring.
Pemerintah yakin, aktivitas di percakapan daring dapat memberikan tanda awal rencana serangan di pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari mendatang. Dalam pengarahannya bersama Biden yang disiarkan televisi, Direktur FBI Christopher Wray menegaskan pengawasan tersebut.
"Anda tidak ingin menjadi agen FBI mengetuk pintu rumah Anda pada pukul 06.00. Siapa pun yang merencanakan atau mencoba melakukan serangan satu pekan ke depan jangan datang berkunjung," kata Wray, Kamis (15/1/2021) lalu.
Selama berbulan-bulan ekstremis sayap kanan dapat menyuarakan ancaman mereka dengan terbuka di situs-situs arus utama. Kini dengan pengawasan yang ketat dan penindakan keras dari perusahaan media sosial, sejumlah ekstremis pindah ke jalur yang lebih privat atau platform yang membuat ancaman mereka semakin sulit ditemukan.
Selama beberapa pekan terakhir sejumlah media sosial yang terkenal sebagai tempat nyaman bagi kelompok ekstrem sayap-kanan sudah ditutup karena dianggap menyebarkan retorika yang mendorong pada kekerasan. Seperti Apple Inc dan Amazon yang menutup layanan mereka untuk media sosial sayap-kanan, Parler.
Kedua raksasa teknologi itu mengatakan langkah itu untuk mencegah penyebaran unggahan yang memicu kekerasan. Sejumlah ekstremis kanan pindah ke aplikasi kirim pesan Telegram yang lebih privat dan media sosial yang jarang diketahui seperti MeWe.
Satu pekan usai penyerangan ke Capitol Hill, jumlah orang yang mengunduh Telegram di AS meningkat tajam. Perusahaan data Sensor Tower mencatat satu pekan terakhir Telegram diunduh 1,2 juta kali di App Store dan Google Play. Angka itu naik 259 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Sensor Tower juga mencatat satu pekan usai penyerang sekitar 829 ribu pengguna telepon pintar AS mengunduh MeWe, naik 697 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Juru bicara MeWe David Westreich mengatakan perusahaannya kerap mengalami lonjakan pengguna.
Hanya 'kelompok kecil' dari ratusan ribu grup publik di platform mereka yang berhubungan dengan politik. Westreich mengatakan syarat dan ketentuan MeWe 'dirancang untuk menjauh dari pelanggar hukum, pembenci, perundung, pelaku pelecehan, dan pemicu kekerasan'.
Telegram belum menanggapi permintaan komentar. FBI sudah menerima lebih dari 100 ribu 'tip digital media' mengenai potensi kerusuhan yang berhubungan dengan pelantikan Biden dan hasil pemilu. Pemerintah AS meminta masyarakat untuk memberikan informasi lebih banyak lagi.
Direktur Kantor Kesiagaan dan Keamanan Dalam Negeri cabang New Jersey, Jared Maples, mengatakan kantornya 'melipatgandakan' upaya untuk melacak ancaman ekstremis domestik. "Memastikan kami mengetahui apa yang sedang diperbincangkan di daring," katanya.
Pekan ini FBI memperingatkan penegakan hukum di seluruh AS mengantisipasi kemungkinan pengunjuk rasa bersenjata turun ke jalan di ibu kota negara-negara bagian dan di Washington selama pelantikan Biden. Buletin gabungan Pusat Kontra Terorisme Nasional, Departemen Kehakiman dan Departemen Keamanan Dalam Negeri pekan ini menulis ekstremis ingin menggelar perang sipil bermotif politik.
"(Dan mereka yang menginginkan perang ras) mungkin mengeksploitasi penyerbuan ke Capitol Hill dengan menggelar serangan untuk melakukan destabilisasi dan memaksa konflik hingga titik klimaks di Amerika Serikat," kata buletin tersebut.
Wray mengatakan lembaganya melacak ajakan yang berpotensi mendorong pengunjuk rasa bersenjata datang ke pelantikan presiden. "Salah satu tantangan nyatanya dalam ruangan ini adalah mencoba membedakan antara yang aspiratif dengan yang disengaja," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: