Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei Ungkap Perokok Miliki Risiko Rendah Terpapar Covid-19

Survei Ungkap Perokok Miliki Risiko Rendah Terpapar Covid-19 Kredit Foto: Unsplash/Rae Tian

Makalah itu juga mengutip dua penelitian dari Prancis dan laporan serupa dari Italia, New York dan China, yang juga melaporkan tingkat infeksi yang lebih rendah di antara para perokok. 

Sengupta lebih lanjut mengatakan, perokok cenderung lebih rentan terhadap COVID-19 karena merokok meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut, dan memperingatkan bahwa penggunaan produk tembakau dapat meningkatkan keparahan infeksi saluran pernapasan dan membuat orang rentan terhadap virus ini. 

Dalam dokumen 'Pandemi COVID-19 dan Penggunaan Tembakau di India', Sangupta mengatakan para ahli telah mengonfirmasi bahwa perokok lebih mungkin mengembangkan gejala parah atau meninggal karena COVID-19, karena penyakit itu terutama menyerang paru-paru dan memperingatkan agar tidak menggunakan produk apapun semacamnya. 

Perokok, diperingatkan, kemungkinan besar lebih rentan terhadap COVID-19 karena tindakan merokok berarti jari (dan mungkin rokok yang terkontaminasi) bersentuhan dengan bibir yang meningkatkan kemungkinan penularan virus dari tangan ke mulut.

"Kehadiran antibodi semacam itu merupakan penanda infeksi dan pemulihan yang andal. Namun, beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak mengembangkan antibodi," kata Anurag Agrawal, direktur IGIB, dan salah satu rekan penulis makalah tersebut.

"Penggunaan transportasi pribadi, pekerjaan dengan eksposur rendah, merokok, vegetarian dan golongan darah 'A' atau 'O' tampaknya melindungi, menggunakan seropositif sebagai pengganti infeksi," tambah dia. 

Sengupta mengungkap, ini untuk pertama kalinya sebuah penelitian dilakukan di India di mana individu telah dipantau selama tiga bulan (35 individu) hingga enam bulan (346 individu) untuk antibodi, termasuk mereka yang memiliki kemungkinan aktivitas penetral. 

"Ini adalah survei kohort pertama. Kami melakukan tes antibodi normal dan tes anti-tubuh netralisasi untuk memahami prevalensi dan durasi antibodi," tutur Shantanu Sengupta.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: