Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Waspada Bencana Hidrometeorologi pada Puncak Musim Hujan

Waspada Bencana Hidrometeorologi pada Puncak Musim Hujan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, masyarakat perlu menambah kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi. Banjir dan longsor rawan terjadi di tengah puncak musim hujan.

"Selama musim hujan ini belum berakhir potensi terjadi bencana hidrometeorologi masih ada, terutama kondisi tanah sekarang sudah jenuh akibat terisi hujan sebelumnya," kata peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah, saat dihubungi Antara, Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Baca Juga: LIPI dan Petrokimia Gresik Perluas Kerja Sama dengan Turki

Bila terjadi hujan yang deras, menurut Iwan, daerah berpotensi banjir tidak bisa meresapkan lagi. Andaikan kapasitas tampungan sungai sudah terpenuhi, air akan semakin tergenang.

Iwan menuturkan, Indonesia akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari sehingga perlu lebih waspada terhadap bencana hidrometeorologi. Menurut Iwan, pada wilayah yang berpotensi longsor, terutama permukiman pada wilayah yang mempunyai kemiringan tinggi, bencana hidrometeorologi perlu diwaspadai.

Iwan menyebut, masyarakat pada wilayah-wilayah tersebut pada saat ini tentunya harus selalu waspada dengan memperhatikan imbauan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Kalau wilayah-wilayah berpotensi longsor tersebut masih hujan deras atau ekstrem diimbau untuk mengungsi pada lokasi-lokasi aman yang sudah ditetapkan oleh BPBD.

Iwan mengatakan, banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan bencana banjir dan longsor, di antaranya hujan ekstrem, alih fungsi lahan, pengurangan kapasitas saluran atau sungai, dan ulah manusia sendiri. Selain bencana hidrometeorologi, bencana hidroklimatologi juga berpotensi mengakibatkan banjir bandang dan cuaca buruk lainnya.

Untuk mengurangi dampak bencana di masa depan, perencanaan tata ruang kabupaten dan atau kota yang berada pada potensi bencana tinggi harus didesain ulang berdasarkan analisis ilmiah berbasis kebencanaan. Wilayah Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana alam yang tinggi dan beragam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 136 bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang 1-16 Januari 2021. Bencana yang paling banyak terjadi yaitu banjir dengan 95 kejadian dan tanah longsor 25 kejadian puting beliung 12 kejadian, gempa bumi dua kejadian. Dari sekian banyak bencana alam itu, sudah merenggut 80 korban jiwa dan 858 orang luka-luka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: