Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengusulkan sejumlah solusi penanganan limbah medis yang meningkat akibat penanganan Covid-19. Sekretaris Utama LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas, menyampaikan bahwa timbulan limbah medis termasuk masker dan Alat Pelindung Diri (APD) tercatat telah mencapai 1.662,75 ton pada rentang bulan Maret sampai September 2020.
"Ini harus menjadi perhatian kita bersama baik peneliti, penggiat, dan juga sektor lingkungan hidup atas dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah medis terhadap lingkungan," ujar Nur dalam diskusi di Jakarta, Rabu (17/2/2021).
Baca Juga: Banjir jadi Sebab Kasus Positif COVID-19 Naik
Ia menjelaskan bahwa saat ini LIPI telah memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk pengelolaan limbah, sterilisasi, insenerator, dan daur ulang limbah medis yang jumlahnya makin meningkat di masa pandemi Covid-19. Nur mengharapkan terbentuknya kerja sama dengan industri dengan adanya investasi pada pengelolaan limbah masker, sebagai langkah konkret penyelesaian masalah limbah APD.
Solusi lain diungkapkan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Agus Haryono. Menurut dia, limbah medis terutama masker yang mengandung plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk bisa terurai. "Hal ini tentu menjadi masalah bagi lingkungan karena plastik sulit terurai. Selain itu, limbah masker juga sangat infeksius sehingga dapat membahayakan masyarakat terutama petugas kebersihan," tutur Agus.
Maka dari itu, diperlukan strategi sinergi multipihak untuk mengatasi limbah masker agar dapat dilakukan dengan pengamatan, diskusi, serta kolaborasi. Pengamatan terhadap kondisi di sekitar lingkungan, menurutnya, perlu dilakukan untuk menentukan langkah penanganan limbah APD.
"Hasil kajian dari peneliti LIPI menemukan adanya timbulan limbah APD yang mengandung plastik yang dibuang di daerah teluk Jakarta, seperti di Marunda dan Cilincing. Peningkatannya mencapai 5% di masa pandemi," ungkap Agus.
Dirinya menambahkan bahwa di Teluk Jakarta ditemukan jumlah limbah APD yang mencapai 16% atau sekitar 0,3 ton dari sampah yang ada di teluk Jakarta. Menurutnya, permasalahan limbah medis yang terjadi saat ini juga disumbang oleh banyaknya pembuangan limbah APD oleh beberapa pihak secara sembarangan.
"Kasus pelanggaran pembuangan limbah APD akan makin banyak muncul jika tidak adanya sinergi dari berbagai pihak terkait. Bersinergi akan mempercepat hilirisasi inovasi teknologi yang dimiliki oleh LIPI untuk menangani limbah medis," tegasnya.
Agus menyebutkan, beberapa teknologi yang dimiliki LIPI di antaranya adalah insenerator sampah infeksius Covid-19, alat penghancur jarum suntik, riset daur ulang limbah masker, serta instalasi pengolahan air limbah dengan plasma nanobubble.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: