Pelantikan Joe Biden Bikin Gatal Para Pendukung Konspirasi QAnon, Apa Penyebabnya?
Pengikut QAnon bergulat dengan kemarahan, kebingungan, dan kekecewaan pada Rabu (20/1/2021) ketika Presiden Joe Biden dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-46.
Di samping itu, beberapa orang percaya menemukan cara untuk memutarbalikkan narasi teori konspirasi yang berbelit-belit agar sesuai dengan keyakinan mereka bahwa kemenangan Biden adalah ilusi dan bahwa Trump akan mengamankan masa jabatan kedua.
Baca Juga: Sambil Panjatkan Doa, Ini Harapan Imam Besar New York untuk Presiden Joe Biden
Yang lainnya berpegang pada gagasan bahwa Trump akan tetap menjadi "presiden bayangan" selama masa jabatan Biden. Beberapa bahkan melontarkan gagasan bahwa upacara pelantikan itu dibuat oleh komputer atau bahwa Biden sendiri bisa menjadi "Q" yang misterius, yang konon adalah orang dalam pemerintah yang memposting petunjuk samar tentang konspirasi tersebut.
Namun, bagi banyak orang lainnya, kepergian Trump menaburkan keraguan.
"Saya sangat takut sekarang, saya benar-benar merasa tidak akan terjadi apa-apa sekarang," tulis salah satu poster di saluran Telegram yang populer dengan orang-orang percaya QAnon, dilansir AP News, Kamis (21/1/2021).
"Aku benar-benar hancur."
Mike Rothschild, penulis buku QAnon yang akan datang berjudul "The Storm is Upon Us," mengatakan masih terlalu dini untuk mengukur apakah gelombang kekecewaan yang melanda QAnon pada Rabu (20/1/2021) adalah titik balik atau kemunduran sekilas untuk gerakan tersebut.
“Saya pikir orang-orang ini telah menyerah terlalu banyak dan berkorban terlalu banyak dalam keluarga mereka dan dalam kehidupan pribadi mereka,” katanya.
"Mereka telah mempercayai hal ini sepenuhnya sehingga menjauh darinya bukanlah hal yang nyata bagi kebanyakan orang ini."
Pada Rabu (21/1/2021), karena pelantikan Biden menjadi jelas akan dilanjutkan, banyak papan pesan QAnon dan grup daring dibombardir oleh para penipu dan troll yang mengolok-olok konspirasi tersebut. Beberapa poster QAnon yang sudah lama mengatakan mereka berencana untuk menjauh dari media sosial, meski hanya untuk sementara.
"Trump mengatakan, 'YANG TERBAIK BELUM DATANG.' Saya tidak menyerah," tulis pengguna Telegram, Qtah, dalam sebuah pengumuman kepada 30.000 pelanggannya bahwa ia sedang istirahat di media sosial.
Beberapa kelompok memanfaatkan momen tersebut untuk mencoba merekrut pendukung QAnon yang kecewa ke supremasi kulit putih dan gerakan neofasis sayap kanan lainnya seperti Proud Boys.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: