Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Masih di Jurang Minus, Sri Mulyani Tetap Optimis

Ekonomi Masih di Jurang Minus, Sri Mulyani Tetap Optimis Sri Mulyani, Menteri Keuangan | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Corona membuat ekonomi terus-terusan minus. Meski begitu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menganggap kondisi masih tetap jauh lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang biasa ada di kisaran 5 persen, tiba-tiba saja anjlok. Pada triwulan II-2020, tercatat minus 5,32 persen.

Pertumbuhan negatif terus belanjut pada triwulan III, yang minus 3,49 persen. Ekonomi di triwulan IV juga diprediksi masih minus 1 sampai 2 persen.

Melihat ekonomi minus, Sri Mulyani yakin proses pemulihan menuju pertumbuhan positif sedang terjadi. Apalagi program vaksinasi sudah dimulai.

Baca Juga: Menkeu: Waspada, Sinyal Ketidakpastian Ekonomi Masih Tinggi!

Soal vaksinasi, Sri Mulyani berharap, dapat mengembalikan kegiatan masyarakat seperti biasa. “Dengan begitu, kegiatan konsumsi, investasi dan ekspor akan meningkat,” ujar Sri Mulyani, dalam acara Kompas100 CEO Forum, kemarin.

Selain itu, eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, pemerintah baru saja membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Dia yakin, lembaga ini akan memberi dampak positif dalam membantu pemulihan ekonomi.

Terakhir, Sri Mulyani menyoroti terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS. Dia berharap, kepemimpinan Biden akan membawa harapan terhadap pemulihan ekonomi global yang tertekan akibat pandemi dan perang dagang AS-China.

Tahun 2020, ekonomi memang belum bisa bangkit. Namun, kata dia, tidak hanya Indonesia yang mengalami kontraksi. Tapi, semua negara.

Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2020 ada di kisaran minus 1,7 hingga minus 2,2 persen. Meski minus, angka ini lebih rendah dibanding negara-negara G20.

Lalu kapan ekonomi akan tumbuh positif? Sri Mulyani yakin, proses pemulihan akan berlangsung di triwulan II-2021. Itu artinya, ekonomi nasional masih akan terdampak Corona di kuartal I tahun ini.

Sri Mulyani menjelaskan, ekonomi nasional masih belum terakselerasi dikarenakan peningkatan jumlah kasus positif, belum lagi pemerintah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai 11-25 Januari dan diperpanjang sampai 8 Februari nanti.

Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati mengatakan, pemulihan ekonomi sangat tergantung pada penanganan pandemi. Vaksin memang membantu pemulihan ekonomi, tapi bukan satu-satunya. “Selain penanganan pandemi, pemulihan ekonomi sangat tergantung pada efektivitas kebijakan ekonomi pemerintah,” kata Anis, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Artinya, kata dia, penting bagi pemerintah untuk menjaga daya tahan ekonomi dengan mendongkrak sisi permintaan (demand). Seperti menjaga daya beli masyarakat atau konsumsi tumah tangga dan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Mungkinkah ekonomi tumbuh positif kurtal kedua nanti? Ekonom senior The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini mengatakan, pemerintah memang perlu optimis. Tapi optimis itu harus dibarengi kondisi realistis.

“Kalau optimis tapi tidak realistis, namanya halu,” kata Didik, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Didik mengatakan, faktor paling utama dalam memperkirakan perkembangan ekonomi 2021 tidak lain adalah pandemi Corona.Pemulihan menuju pertumbuhan positif sangat tergantung pada keberhasilan atau kegagalan kebijakan mengatasi pandemi Corona sekarang ini.

Sekarang lihatlah data kasus harian positif Corona. Indonesia adalah negara paling buruk di ASEAN. Jumlah kasus harian mencapai 12 ribu per hari. Hal ini terjadi karena pemerintah di awal kebingungan apakah mengatasi Corona atau menumbuhkan ekonomi.

Baca Juga: Dibisiki Sri Mulyani, Jokowi Terkaget-kaget: Ada Investasi US$20 Miliar di SWF

Dari data tersebut tak terlihat Corona akan mereda. “Kalau sudah melihat tanda-tanda Corona mereda, bolehlah Sri Mulyani optimis. Persoalannya tanda-tanda itu tidak ada. Jadi berusaha dulu, baru optimis,” ujar Didik.

Dengan belum teratasinya Corona, proses pemulihan ekonomi akan berjalan sulit dan berat. Tidak mungkin bisa menyelesaikan pemulihan ekonomi jika tidak bisa mengatasi pandemi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: