Menteri Riset dan Teknologi Indonesia atau Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro buka-bukaan mengapa Indonesia melakukan impor vaksin Covid-19 jadi dari China. Langkah impor produk jadi ini dilakukan mengingat kapasitas produksi dari Biofarma tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Bambang, jika Biofarma memproduksi sendiri vaksin covid, maka kapasitas produksinya adalah 250 juta dosis. Sedangkan kebutuhan minimal adalah 360 juta dosis.
“Di sini bisa kita lihat, kalau kita hanya mengandalkan BioFarma misalkan maka kapasitas produksinya pada akhir tahun ini adalah 250 juta. Padahal untuk Covid-19 saja dengan herd immunity 180 juta kita minimal butuh 360 juta dosis,” ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (22/1/2021). Baca Juga: Tantangan dan Kebijakan Vaksin Merah Putih untuk Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19
Jika melihat kebutuhan tersebut, maka pemerintah terpaksa untuk melakukan impor. Karena ada gap antara kebutuhan dan kapasitas produksi dari biofarma. “Sehingga terpaksa memang ada yang diimport dalam bentuk utuh. Impor vaksin langsung,” ucapnya.
Meskipun begitu, Mantan Menteri Keuangan itu menyebut impor vaksin jadi tidak boleh terus menerus dilakukan. Oleh karena itu, dirinya mendorong perusahaan lain khususnya dari swasta untuk bisa ikut memproduksi vaksin covidz
“Tapi tentunya ke depan kita tidak boleh bergantung pada import utuh dari situlah kita harus mendorong dari perusahaan lain,” kata Bambang.
Bambang pun menyebut jika dirinya sudah meminta kepada Kementerian BUMN agar Biofarma bisa memimpin sebuah konsorsium dengan mengajak perusahaan farmasi lain. Diharapkan dengan kerjasama ini kebutuhan vaksin di dalam negeri bisa terpenuhi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman