Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Allahu Akbar! Maaf, Bukan Maksud BNPB untuk Menakut-nakuti, Tapi...

Allahu Akbar! Maaf, Bukan Maksud BNPB untuk Menakut-nakuti, Tapi... Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat telah terjadi 197 bencana di seluruh Indonesia, hanya dalam 23 hari di bulan Januari 2021. Hal tersebut disampaikan BNPB dalam akun Twitternya seperti dilihat di Jakarta, Senin (25/1/2021).

Baca Juga: Ada Info Soal Gempa Susulan Lebih Besar di Mamuju, BNPB: Hoaks!

Data per 23 Januari 2021, bencana hidrometeorologi masih mendominasi jumlah bencana menjelang akhir Januari tahun ini. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung mendominasi kejadian bencana.

Di posisi teratas, banjir masih menjadi yang paling banyak terjadi dengan 134 kejadian. Kemudian, tanah longsor dengan 31 kejadian dan angin puting beliung dengan 24 kejadian. Sementara gempa bumi serta gelombang pasang dan abrasi masing-masing tiga dan lima kejadian.

Baca Juga: Gelombang Tinggi Mengintai Perairan Indonesia, BMKG: Warga di Pesisir Waspada

"Catatan BNPB, sebanyak 134 kejadian banjir terjadi di beberapa wilayah Tanah Air, sedangkan tanah longsor 31 dan puting beliung 24. Kejadian bencana lain yang tercatat yaitu gelombang pasang lima kejadian dan gempa bumi tiga," ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati.

Dari rentetan bencana tersebut, korban meninggal dunia tercatat mencapai 184 orang dan sembilan orang hilang serta 2.777 orang terluka, dan jumlah pengungsi dicatat mencapai 1.907.543 jiwa. Bahkan, yang menjadi sangat mengejutkan adalah jumlah tersebut lebih banyak dibanding periode Januari 2020.

Tahun lalu, di bulan yang sama, BNPB mencatat 297 bencana termasuk di antaranya kala itu adalah banjir DKI Jakarta dan sekitarnya.

Untuk sebaran bencana di Januari 2021, terbanyak terjadi di Jawa Timur dengan 32 kejadian. Disusul Jawa Tengah (31), Aceh (26), Jawa Barat (25), Kalimantan Selatan (13), NTB (12), dan Sulawesi Utara (10).

Sementara itu, dampak bencana sekitar 1.902 rumah rusak dengan rincian 153 rumah rusak berat, 54 rumah rusak sedang, dan 1.695 rumah rusak ringan.

Sebanyak 53 fasilitas umum juga mengalami kerusakan dengan rincian 19 fasilitas pendidikan, 24 fasilitas peribadatan, dan 10 fasilitas kesehatan rusak, empat kantor rusak, dan 25 jembatan mengalami kerusakan akibat bencana.

Baca Juga: Bukan Cuma Gempa, Ramalan BMKG Munculkan Potensi Multi Bencana Hidrometerologi yang Artinya...

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat Indonesia dan seluruh pihak terkait untuk tetap terus mewaspadai potensi multibencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan.

Menurutnya, sebagian besar wilayah yang berada pada puncak musim hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.

"Puncak musim hujan di wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021. Pada periode musim hujan dan puncak musim hujan ini juga sering terjadi peristiwa cuaca ekstrem dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi," ungkapnya.

Baca Juga: Misteri Dentuman Ledakan di Bali, BMKG: Bukan Gempa Tektonik

"Bahkan relatif lebih dingin dibandingkan dengan suhu muka air laut di wilayah kepulauan Indonesia yang saat ini makin hangat," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: