Perekonomian Indonesia dapat tumbuh sebesar 45 miliar dolar AS pada tahun 2030, dengan jumlah emisi dan sampah yang lebih rendah, lewat penerapan penuh ekonomi sirkuler tanpa sampah di lima sektor ekonomi utama.
Demikian laporan baru yang diluncurkan hari ini, Selasa (26/1/2021) oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan didukung Pemerintah Denmark dan Program Pembangunan PBB (UNDP).
Lima sektor utama yang menjadi fokus laporan ini adalah makanan dan minuman, tekstil, perdagangan grosir dan eceran (dengan fokus pada kemasan plastik), konstruksi, dan elektronik. Menurut laporan tersebut, implementasi penuh model sirkuler di lima sektor itu dapat menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru.
“Implementasi ekonomi sirkular diharapkan dapat menjadi salah satu kebijakan strategis dan terobosan untuk membangun kembali Indonesia yang lebih tangguh pasca COVID-19, melalui penciptaan lapangan pekerjaan hijau (green jobs) dan peningkatan efisiensi proses dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya," kata Monoarfa di Jakarta, Selasa (26/1/2021).
Baca Juga: Vaksinasi Diharapkan jadi Kunci Pemulihan Ekonomi
“Saya meyakini Indonesia akan diuntungkan dalam skala yang besar melalui transisi ke model ekonomi sirkular dan saya percaya bahwa laporan ini akan mampu memperlihatkan potensi besar bagi lingkungan di Indonesia, alam, dan usaha mitigasi perubahan iklim," tambah Menteri Lingkungan Hidup Denmark Lea Wermelin.
Dia berharap laporan ini akan merintis jalan dan langkah selanjutnya terutama dalam perumusan strategi nasional dalam rencana aksi dan pemetaaan jalan pusat.
Sementara itu, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura menekankan bahwa ekonomi sirkular mampu mendukung pertumbuhan dan mengatasi dampak perubahan iklim, sekaligus mengubah kehidupan kelompok masyarakat rentan di Indonesia.
“Model ekonomi sirkuler memungkinkan kita mengurangi konsumsi bahan, sampah, dan emisi dan pada saat yang sama mempertahankan pertumbuhandan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, model ini mampu menjawab tantangan perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama – perempuan yang rentan, warga lansia, anak-anak, dan masyarakat disabilitas, yang sesungguhnya mampu berperan aktif di komunitas,” kata Norimasa Shimomura.
Adapun model ekonomi sirkuler memungkinkan para pelaku ekonomi untuk mengurangi konsumsi bahan, limbah, dan emisi sekaligus mempertahankan pertumbuhan. Model tersebut sudah berhasil diterapkan oleh beberapa negara, termasuk Denmark.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman