Ramai Penarikan Pasukan di Afghanistan, NATO: Tergantung Taliban
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan penarikan pasukan sekutu dari Afghanistan yang dilanda perang akan “didasarkan pada kondisi di sana.”
Dalam pertemuan virtual dengan para pemimpin NATO, Stoltenberg mengatakan, Taliban harus “memenuhi syarat” dengan mengurangi kekerasan dan mengakhiri dukungan mereka untuk “kelompok teror internasional seperti al-Qaeda.”
Baca Juga: Karena Alasan Ini, NATO Masih Ogah Tarik Mundur Pasukannya dari Afghanistan
Menteri-menteri pertahanan NATO bertemu secara virtual dalam konferensi dua hari guna membahas berbagai isu yang dihadapi organisasi itu. Pembahasan secara rinci tentang status 2.500 tentara Amerika dan 7.000 tentara koalisi di Afghanistan diduga akan berlangsung pada Kamis (18/2/2021).
Taliban memperingatkan NATO dalam pernyataan pada Sabtu (13/2/2021), agar jangan “meneruskan perang.” Menurut mereka, itu tidak bermanfaat bagi pihak manapun yang terlibat konflik yang sudah berlangsung 20 tahun itu.
“Pihak mana saja yang berusaha memperpanjang perang dan pendudukan akan bertanggung jawab sebagaimana yang terjadi dalam dua dekade sebelumnya,” menurut pernyataan itu.
Sebelum pertemuan Rabu (17/2/2021), Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbrauer memperingatkan, perundingan perdamaian kemajuannya tidak cukup sehingga memungkinkan penarikan pasukan NATO.
“Ini berarti kita harus bersiap untuk menghadapi situasi keamanan yang berubah dan ancaman yang meningkat, baik terhadap pasukan internasional maupun pasukan kita,” kata Menhan Jerman dalam pernyataannya.
Mantan presiden Trump sepakat dengan Taliban tahun lalu bahwa pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021. Sebagai imbalan, Taliban akan memutus hubungannya dengan al-Qaeda dan mulai melakukan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.
Presiden Biden mengatakan pemerintahannya akan mengkaji persetujuan itu, sementara Pentagon menuduh Taliban tidak memenuhi komitmennya untuk mengurangi kekerasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto