Kawasan Industri Jababeka diproyeksi akan tetap menjadi lokasi yang paling dilirik sebagai tujuan perusahaan yang ingin berinvestasi. Investor cenderung memeriksa keunggulan lokasi berbisnis dari segala aspek mulai dari potensi pasar hingga konektivitas.
Kawasan Industri Jababeka memiliki infrastruktur yang lengkap dan andal sehingga mampu menopang berbagai kegiatan industri. Mulai dari pembangkit listrik mandiri, Waste Water Treatment Plant & Water Treatment Plant, Cikarang Dry Port sebagai pusat solusi logistik, jaringan fiber optic berkecepatan tinggi, sistem keamanan 24 jam, hingga Heli Commuter.
Baca Juga: Industri Sawit Sehatkan Neraca Perdagangan Nasional
Tak sampai di situ, infrastruktur yang dimiliki sudah mendukung industry 4.0 sehingga siap melayani juga bagi perusahaan yang ingin menerapkan industry 4.0.
Direktur PT Infrastruktur Cakrawala Telekomunikasi (ICTel), Muhammad Ayub Arwin menjelaskan bahwa saat ini jaringan telekomunikasi fiber optik yang merupakan infrastruktur dasar industri 4.0 sudah tersebar di hampir semua kawasan Jababeka seluas 5600 hektar.
Sehingga di mana pun pabrik baru akan dibangun, layanan internet sudah bisa didapat. "Selain itu, kami juga telah menyediakan end to end IOT solution. Mulai dari aplikasi absen, payroll, HR (human resources), dan proses produksi," terang Ayub dalam acara webinar bertema KIJA Premium Service, baru-baru ini
Kemudian ICTel yang juga merupakan salah satu anak usaha dari Jababeka Group memiliki aplikasi layanan sosial, J-Smart. Dengan aplikasi ini, para tenant dan masyarakat setempat lebih mudah mengadukan keluhan, mendapatkan layanan dan berkomunikasi langsung antara tenant dengan pengelola atau pihak lain.
"Bahkan di sana user juga bisa memantau progres pekerjaan dan evaluasi kerja di aplikasi tersebut," urai Ayub. Menurut Ayub, Kawasan Industri Jababeka sudah mampu mendukung industry 4.0 dan menampung para investor yang ingin membangun perusahaan berbasis IOT.
Hal itu karena kawasan industri lain tidak ada yang memiliki infrastruktur selengkap yang dimiliki Kawasan Industri Jababeka. Sementara itu General Manager Kawasan Industri Jababeka, Rudy Subrata menambahkan Kawasan Industri Jababeka sudah siap menerima perusahaan dari berbagai sektor industri dan untuk semua skala bagi yang ingin menerapkan industri 4.0.
Selain itu juga, Kawasan Industri Jababeka juga terbuka bagi perusahaan startup yang saat ini sudah banyak perusahaan startup melakukan relokasi usahanya ke Kawasan Industri Jababeka.
Hal itu bisa terjadi karena fenomena cross border market, yaitu perpindahan industri startup dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Jawa Barat, khususnya ke Kawasan Industri Jababeka. Sementara industri padat karya yang tadinya beroperasi di Jawa Barat pindah ke Jawa Tengah.
Kondisi itu terjadi secara natural atau “seleksi alam” di mana para perusahaan startup akan memilih kawasan industri yang infrastrukturnya sudah mendukung industry 4.0 demi kemajuan usahanya.
Fenomena ini sendiri, kata Rudy, sudah terjadi sejak 2020 lalu, yang membuat Kawasan Industri Jababeka terus menyiapkan diri demi mampu meng-capture market ini.
“Januari lalu kami baru saja meluncurkan Fablab, sebuah pusat inovasi, pengembangan kompetensi dan purwarupa berbagai produk terkait implementasi Industry 4.0. Nantinya, para perusahaan startup bisa memakai fablab untuk riset dan pengembangan produk mereka.
Dan dengan kehadiran fablab ini sendiri adalah bukti keseriusan kami untuk bisa memenuhi kebutuhan para perusahaan startup yang ada di Jababeka, dan membangun ekosistem industry 4.0 terbesar dan terbaik di Indonesia," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: