Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perhatian, Singapura Dirikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Tengah Laut

Perhatian, Singapura Dirikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Tengah Laut Kredit Foto: Unsplash/Hu Chen
Warta Ekonomi, Singapura -

Singapura membangun pembangkit listrik tenaga surya terapung di laut. Negeri Singa ini berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim dengan mendirikan panel surya di lepas pantai utara.

Dikutip The Independent, pembangkit listrik tenaga surya terletak di antara kota-negara bagian dan Malaysia yang mencapai Selat Johor. Sebanyak 13 ribu panel surya telah diletakkan di laut.

Baca Juga: Profesional Indonesia di Singapura Berbagai Pengalaman Hadapi Pandemi Covid-19

Dengan kemampuan menghasilkan listrik hingga lima megawatt, panel surya dapat menyediakan energi yang cukup untuk memberi daya setidaknya 1.400 rumah susun sepanjang tahun. Sunseap Group, perusahaan Singapura yang ditugaskan untuk melaksanakan proyek tersebut.

Vice President of Engineering Sunseap Group Shawn Tan mengatakan, laut telah memberikan solusi bagi negara dengan ruang terbatas di lahan kering untuk menghasilkan energi terbarukan.

"Setelah menghabiskan atap dan lahan yang tersedia, yang sangat langka, potensi besar berikutnya sebenarnya adalah wilayah perairan kami," ujar Tan.

Upaya baru ini dilakukan saat Singapura berupaya mengatasi rekornya sebagai salah satu penghasil emisi karbondioksida per kapita terbesar di Asia. Dengan ruang terbatas, bersama dengan kurangnya pilihan untuk tenaga air dan tenaga angin, Singapura telah menghadapi tantangan logistik dalam mendorong energi terbarukan.

Kelompok advokasi lingkungan telah lama menuduh negara tersebut gagal berbuat cukup untuk mengatasi perubahan iklim, bahkan ketika kenaikan permukaan laut telah menjadi ancaman yang semakin besar bagi masa depan Singapura.

Climate Action Tracker (CAT) mengatakan, meskipun Singapura memperkuat upayanya memerangi perubahan iklim, targetnya pada 2020 dan 2030 lemah.

"Singapura memperbarui target 2030 pada Maret 2020, tetapi target yang diperbarui bukanlah peningkatan aksi iklim, bertentangan dengan persyaratan Perjanjian Paris untuk meningkatkannya," demikian pernyataan CAT di situsnya.

CAT mengatakan, sementara Singapura merilis strategi pembangunan rendah emisi jangka panjang pada April tahun lalu, menunjukkan kurangnya komitmen mencapai emisi nol-bersih. Terlepas dari perluasan kapasitas energi terbarukan negara itu, gas alam masih menjadi sumber energi utama di Singapura. Energi ini menyumbang 96 persen listrik yang dihasilkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: