“Kadang kala Pak Jokowi itu kan senyum-senyum, diam, tapi tindakannya muncul tiba-tiba. Kan selalu begitu,” imbuhnya.
Menanggapi cerita Mahfud ini, pengamat politik dari President University AS Hikam justru sedih. Dia yakin, Jokowi tidak akan bersikap seperti itu. Menurutnya, Jokowi tak akan bersikap santai-santai mendengar KLB Partai Demokrat. “Saya malah meyakini beliau (Jokowi) sedih dengan cara kerja menteri-menteri dan kabinetnya yang begini ini,” kata Hikam.
Menurut mantan Menristek ini, bila yang diceritakan Mahfud benar, seolah-olah Jokowi tak memiliki sense of crisis atau kepekaan terhadap krisis. “Dan saya yakin Pak Jokowi orang yang sangat peka terhadap krisis-krisis di negara ini,” katanya.
Apa pun respons Jokowi, kubu Moeldoko tetap jalan terus untuk mengambil alih Demokrat. Kemarin, mereka menggelar konferensi pers di kediaman Moeldoko, di Jalan Terusan Lembang D54, Menteng, Jakarta Pusat.
Penggagas KLB, Darmizal mengumumkan, kediaman Moeldoko itu akan menjadi markas sementara. Namun, ke depannya, mereka akan berkantor di Jalan Pemuda Nomor 712, Rawamangun, Jakarta Timur. "Ini bukan sebagai kantor DPP Partai Demokrat. Kantor DPP Partai Demokrat berada di Jalan Pemuda Nomor 712 Rawamangun, Jakarta Timur," katanya, kemarin.
Darmizal mengatakan, lokasi tersebut merupakan tempat bersejarah bagi Partai Demokrat. Lokasi tersebut pernah menjadi tempat yang membawa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) maju menjadi Presiden selama dua periode. "Tempat itu dipinjamkan oleh Bapak Jhoni Allen Marbun, yang hari ini menjadi Sekretaris Jenderal Partai Demokrat," ungkapnya.
Kubu AHY membenarkan bahwa gedung di Rawamangun pernah menjadi kantor DPP Partai Demokrat. Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menyebut, saat itu pihaknya dipinjami oleh Jhoni Allen, yang sekarang bergabung dengan Moeldoko. "Yang di Jalan Pemuda itu memang tempatnya punya Jhoni Allen kalau tidak salah," kata mantan Menpora ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq