Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Puluhan Diplomat Internasional Bahu-membahu Unjuk Rasa di Muka Pengadilan China

Puluhan Diplomat Internasional Bahu-membahu Unjuk Rasa di Muka Pengadilan China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
Warta Ekonomi, Beijing -

Lebih dari 20 diplomat Barat bersatu menggelar semacam pertunjukkan publik di depan pengadilan China yang sedang menyidangkan kasus spionase dengan tedakwa warga Kanada pada Minggu (21/3/2021) waktu setempat. Mereka prihatin dengan risiko penahanan sewenang-wenang di negeri Tirai Bambu itu.

Persidangan itu berlangsung di Pengadilan Menengah Rakyat Nomor 2 Beijing. Terdakwanya adalah warga Kanada bernama Michael Kovrig. Ia adalah analis kelompok krisis internasional dan mantan diplomat Kanada yang dituduh memata-matai rahasia negara China.

Baca Juga: Ramai-ramai Beli Baju Oblong untuk Ngeledek AS, Rakyat China: Bisnis Patriotik

Perwakilan dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa, dan banyak negara Eropa ditolak secara massal saat mencoba menghadiri persidangan tersebut. Alasannya karena keamanan nasional. Apa boleh buat, sejumlah diplomat itu lantas berkumpul di depan gedung pengadilan.

"Michael Kovrig telah ditahan sewenang-wenang selama lebih dari dua tahun hingga sekarang, tepatnya 833 hari," kata Jim Nickel, diplomat di kedutaan Besar Kanada untuk China.

"Ini (penahanan sewenang-wenang) sama sekali tak dapat diterima. Sama halnya dengan kurangnya transparansi dalam proses pengadilan ini," imbuh Nickel sebagaimana dilansir Bloomberg, Senin (22/3/2021).

Di antara puluhan diplomat itu, salah satunya adalah William Klein yang merupakan seorang pejabat di Kedutaan Besar AS untuk China. Klein berkata kepada wartawan bahwa Washington berdiri "bahu membahu" dengan Ottawa dalam masalah ini.

Persidangan terhadap Kovrig digelar beberapa hari setelah sidang kasus pencurian rahasia negara dan menjualnya ke negara lain dengan terdakwa warga Kanada lainnya, yakni Michael Spavor.

Kovrig dan Spavor ditangkap pada Desember 2018. Keduanya diringkus petugas China setelah Kanada menahan eksekutif Huawei Technologies Co., Meng Wanzhou, yang merupakan respons atas permintaan ekstradisi AS.

AS mengupayakan ekstradisi Meng, putri dari pendiri Huawei itu, untuk mengadilinya atas tuduhan penipuan. China lah yang mengaitkan kasus Meng dengan penahanan Kovrig dan Spavor.

Hal itu diketahui ketika seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada tahun lalu mengatakan, jika Kanada menghentikan ekstradisi Meng, maka dapat membuka ruang untuk penyelesaian situasi kedua warga Kanada itu.

Kanada mengkritik penanganan China atas kasus kedua pria tersebut. Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau mengatakan negaranya sangat terganggu oleh kurangnya transparansi seputar prosesĀ  ini. Pada hari Jumat, Perdana Menteri Justin Trudeau menyebut situasi itu sama sekali tidak dapat diterima.

Kedutaan Besar China di Ottawa membantah komentar tersebut. Seorang juru bicara yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah pernyataan di situs kedutaan berkata: "ini hanya memutarbalikkan fakta."

"Di satu sisi, pihak Kanada mengklaim bahwa mereka menjunjung supremasi hukum, tetapi di sisi lain, membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab sehubungan dengan penanganan kasus yang relevan di China sesuai dengan hukum," kata juru bicara kedutaan China itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: