Kecenderungan tarikan ideologis itu juga menurut Moeldoko terlihat di internal Partai Demokrat.
"Jadi ini bukan sekadar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa. Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB," ulas Moeldoko.
Salam hal ini, Moeldoko mengaku bertindak atas nama pribadi dan tak membebani presiden sebagai tempatnya bertangungjawab sebagai KSP. "Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani presiden," tegas Moeldoko.
Keyakinan Moeldoko mengenai masuknya kelompok radikal ke tubuh partai politik mulai terbukti. Salah satunya terjadi di tubuh Partai Demokrat yakni ketika eks Sekretaris Front Pembela Islam (FPI) Munarman menawarkan untuk memberikan bantuan kepada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai perwakilan kubu Cikeas di bawah komando Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Terhadap tindak-tanduk mereka pun Moeldoko tak mau kompromi. Tindakan tegas dan terukur harus diberikan. Jika dibiarkan, bukan tak mungkin mereka akan merusak tatanan berbangsa dan bernegara.
Terbukti, hari ini kelompok radikal tersebut melalukan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral di Makassar Sulawesi Selatan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil