Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Segmen Bisnis Konstruksi Tetap Profitable, Waskita Optimis Pulihkan Kinerja di 2021

Segmen Bisnis Konstruksi Tetap Profitable, Waskita Optimis Pulihkan Kinerja di 2021 Kredit Foto: Waskita
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (Kode Saham : WSKT) optimistis dapat mengembalikan kinerja di tahun 2021, segmen bisnis jasa konstruksi tetap menjadi andalan untuk meningkatkan profitablitas perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian 31 Desember 2020, Waskita mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp7,3 Triliun. Hal ini utamanya disebabkan oleh peningkatan beban pinjaman dari investasi jalan tol, penurunan produktifitas proyek, serta beban operasi yang cukup besar akibat Pandemi Covid-19.

Baca Juga: Ekonomi Mulai Bangkit, Waskita Beton Bidik Kontrak Rp 7,88 Triliun di 2021

Sepanjang tahun 2020 Waskita tercatat menanggung beban pinjaman mencapai Rp4,74 Triliun atau meningkat 31% dibandingkan tahun 2019. Kenaikan tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah ruas tol milik Waskita yang telah beroperasi.

Selain itu, proses divestasi yang telah direncanakan oleh Waskita pun tertunda pelaksanaannya akibat pandemi Covid-19. Dari 5 ruas yang ditargetkan untuk dapat dilepas, hanya divestasi 1 ruas yang dapat terealisasi.

Di sisi lain, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp16,2 Triliun pada tahun 2020, atau terkoreksi 48% dibandingkan dengan Rp31,4 Triliun pada 2019. Faktor utama penyebab koreksi tersebut adalah menurunnya produktifitas operasional proyek selama Pandemi Covid-19.

President Director Waskita, Destiawan Soewardjono mengatakan bahwa produktivitas Waskita pada tahun 2020, yang diukur dengan rasio order book burn rate to sales, hanya mencapai 24,6%. Capaian tersebut jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 dimana rasio burn rate dapat mencapai 35%.

“Penurunan produktifitas secara langsung berdampak pada seluruh kinerja keuangan perusahaan,” kata Destiawan.

Waskita juga mencatatkan beban operasi sebesar Rp19,87 Triliun atau 123% dari capaian pendapatan usaha pada periode 2020. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku dan beban overhead akibat pandemi, serta adanya beberapa klasifikasi ulang dalam pos laba rugi.

Selama pandemi Covid-19, Waskita pun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk implementasi protokol kesehatan di lingkungan kerja perusahaan.

Meski secara konsolidasi mencatatkan rugi bersih, namun segmen bisnis jasa konstruksi Waskita masih profitable biarpun diterpa Pandemi.

Segmen bisnis jasa konstruksi tercatat menyumbang 90% dari total pendapatan Waskita di 2020. Segmen tersebut mencatatkan pendapatan sebesar Rp14,5 Triliun dengan keuntungan bruto sebesar Rp1,17 Triliun atau rata-rata margin laba bruto sebesar 8%.

“Pada lini bisnis konstruksi yang menjadi core compentecy, Waskita masih sangat kuat,” terang Destiawan. “Ditambah dengan transformasi yang sedang kami lakukan, kedepan kami yakin kami akan jadi lebih efisien sehingga keunggulan kompetitif kami juga meningkat,” sambung Destiawan.

Destiawan pun menjelaskan bahwa bisnis konstruksi Waskita akan dapat menjadi katalis turnaround kinerja Waskita. Keyakinan ini didasari oleh beberapa faktor seperti perolehan nilai kontrak baru, lini bisnis Waskita yang terintegrasi, dan transformasi digital yang telah dinisiasi oleh Waskita.

Pada tahun 2020, Waskita mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp27 Triliun. Pencapaian itu merupakan yang tertinggi dibandingkan emiten BUMN konstruksi lainnya.

Waskita juga mencatatkan kenaikan tingkat kemenangan tender menjadi 35% di tahun 2020, dibandingkan 34% pada 2019. “Kepercayaan dari pemilik proyek, baik Pemerintah, BUMN, dan Swasta menunjukan bahwa Waskita masih sangat kompetitif di industri konstruksi,” ucap Destiawan.

Ke depan, Waskita akan terus memperkuat pangsa pasarnya di proyek-proyek infrastruktur. “Potensi pengembangan infrastruktur di Indonesia masih sangat besar, bukan hanya proyek jalan tol tapi juga proyek-proyek lain seperti pembangunan infrastruktur sumber daya air dan pembangkit listrik,” kata Destiawan. “Waskita juga unggul dan kaya pengalaman pada jenis-jenis proyek tersebut,,” lanjutnya.

Bukan hanya jasa konstruksi, lini bisnis manufaktur material konstruksi yang dimiliki oleh Waskita juga dapat mendukung pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur kedepannya.

Waskita memiliki manufaktur beton pracetak dan readymix yang dikelola oleh PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). WSBP memiliki pabrik yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera dengan total kapasitas produksi sebesar 3,7 juta metric ton per tahun.

Selain beton pracetak, Waskita juga memiliki fabrikasi baja yang dikelola oleh anak usahanya yaitu PT Waskita Karya Infrastruktur. Fabrikasi baja tersebut berlokasi di Cikande Banten dengan kemampuan produksi mencapai 48.000 ton per tahun.

“Lini bisnis Waskita yang terintegrasi dari hulu ke hilir menunjang efektifitas pelaksanaan proyek, khususnya dalam bidang pengadaan material beton dan baja,” jelas Destiawan.

Kini, Waskita pun tengah menggalakkan transformasi digital dan inovasi metode kerja. “Dengan penerapan teknologi informasi dan pengembangan metode konstruksi, kami akan mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing,” jelas Destiawan. “Pekerjaan konstruksi pun akan dapat berjalan sesuai target ataupun lebih cepat, sehingga kepuasan pemilik proyek pun meningkat.” lanjutnya.

Dalam rangka meningkatkan kinerja lini bisnis konstruksi, salah satu bentuk transformasi digital yang dilakukan adalah melalui penerapan teknologi Building Information Modelling (BIM) pada setiap proyek yang dikerjakan. Pada 24 Maret, Waskita telah mengantongi sertifikasi ISO 19650-1 : 2018 dan ISO 19650-2 : 2018 tentang penerapan BIM pada tahap desain dan konstruksi.

“Penerapan BIM pada proyek akan meningkatkan efisiensi biaya dan waktu, karena data menjadi sangat rinci dan akurat,” jelas Destiawan.

Destiawan yakin lini bisnis konstruksi Waskita akan kembali meningkat kinerjanya di tahun 2021 ini. “Selain faktor internal,  terdapat faktor eksternal seperti program vaksinasi covid-19 dan meningkatnya anggaran infrastruktur dalam APBN yang akan menjadi pemicu perbaikan kinerja sektor konstruksi,” tutup Destiawan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: