Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo punya modal besar menjadi pengganti Presiden Jokowi di Pilpres 2024. Dalam sejumlah survei, elektabilitasnya selalu unggul. Namun, meski menggondol elektabilitas tinggi, belum tentu Ganjar akan dicapreskan PDIP. Soalnya, ada Puan Maharani yang bisa jadi batu sandungan Ganjar meraih tiket dari markas Banteng.
Dalam berbagai riset yang dilakukan lembaga survei, Ganjar kerap masuk lima besar capres dengan elektabilitas tertinggi. Saingan Ganjar ada Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno.
Baca Juga: Pendukung Jokowi untuk 2024 Be Like: Puan Maharani No, Ganjar Pranowo Yes!
Di survei terbaru yang digelar Saiful Mujadi Research and Consulting (SMRC), Ganjar bertengger di posisi teratas mengalahkan Prabowo. Penyebabnya, Ganjar mendapat limpahan suara dari pemilih Jokowi di Pilpres 2019.
Namun, peluang Ganjar untuk dicalonkan sebagai capres dari PDIP, memang berat. Sejumlah petinggi PDIP beberapa kali memberikan sinyal, keputusan mengusung capres tidak hanya didasarkan pada elektabilitas semata.
Salah satu elit Banteng yang ngomong begitu adalah politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno. Tren lembaga survei yang seakan berlomba menyodorkan temuannya terkait capres-capres potensial, justru dilihat dari sudut pandang ekonomi.
“Ini survei-survei dilakukan agar industri politik tidak sepi. Order polling kan kalau begini meningkat. Kalau tidak, di tengah pandemi dan resesi seperti ini, mereka berat juga lho mempertahankan eksistensinya,” kata Hendrawan, dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia lalu menganalogikan Pilpres sebagaimana permainan catur. Sebagai partai besar, PDIP tak mau buru-buru memainkan buah caturnya. “Kami memainkan buah catur, setelah pemain lain memainkan buah caturnya. Itulah keunggulan partai besar, dia bergerak paling akhir,” sambungnya.
Anggota Komisi XI DPR ini juga memastikan, keputusan AD/ART PDIP mengamanatkan penentuan Capres di tangan Ketua Umum juga berhasil bikin suasana di internal partainya tenang. Tidak grasa-grusu.
“Bu Mega pasti membaca situasi dan peta politik dengan cermat. Jam terbangnya sangat tinggi. Pertimbangan, intuisinya akan sangat akurat,” kata Ketua Banteng yang membidangi perekonomian ini.
Hendrawan membantah, dinginnya PDIP merespons tingginya elektabilitas Ganjar karena kesandung sosok Puan.
“Ibu Ketua Umum sangat rasional. Beliau lebih mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Lihat saja, nanti pasti kader terbaik yang akan muncul,” tutup politisi berdarah Tionghoa ini.
Sebelumnya, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto juga mengungkapkan hal yang sama. Kata dia, aturan di partainya sudah jelas. Yang berwenang menentukan Capres dan Cawapres di adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Bagi PDIP, lanjut Hasto, pertimbangan capres bukan elektoral semata. Tapi yang paling jadi pertimbangan adalah karakter, kepemimpinan, komitmen ideologis dalam membumikan Pancasila, menjalankan amanat konstitusi dan paham akan amanat penderitaan rakyat.
Siapa orangnya itu? PDIP, kata Hasto, selalu percaya akan ada petunjuk dan campur tangan Tuhan. “Elektoral atas basis-basis pencitraan bukanlah cara PDIP dalam memilih pemimpin,” sambungnya.
Dalam berbagai kesempatan, Ganjar sendiri tidak tidak terlalu optimis membicarakan peluangnya untuk maju di Pilpres 2024. “Ngurusi mudik sama beras saja,” kata Ganjar, belum lama ini.
Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio tidak menampik, Ganjar menjadi kader PDIP dengan elektabilitas tertinggi sebagai capres. Namun, elektabilitas Ganjar saat ini, kata dia, masih nanggung. Masih di bawah Jokowi saat menjelang Pilpres 2014.
“Nggak tinggi-tinggi banget. Kalau mau didorong sama PDIP, seperti perjudian juga. Jadi mendingan nunggu sampai Pemilu sudah dekat, mungkin 2 tahunan lagi baru bereaksi,” kata Hensat, sapaan akrab pendiri lembaga survei KedaiKOPI itu, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Hendri menilai, peluang Ganjar jadi capres dari PDIP sangat berat. Salah satu sainganya, yakni Puan Maharani. Meskipun elektabilitas Puan saat ini kecil, posisi Puan sebagai putri mahkota jadi nilai lebih.
“Bukan hanya Mbak Puan. Mungkin juga Bu Mega dengan potensi yang ada masih memiliki kesempatan untuk maju. Pengen juga, mungkin,” sambungnya.
Sementara Pakar Komunikasi Politik Lely Arrianie sudah mencium aroma racikan pasangan calon yang disimpan PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang sejak Prabowo akhirnya menerima tawaran bergabung dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf sebagai Menteri Pertahanan. Prabowo yang biasanya meledak-ledak, kini disetel lebih kalem. Itu dilakukan, untuk menjaga ritme popularitasnya.
Jika dilihat dalam perspektif dramaturgi panggung politik, terang Lely, sebetulnya sudah ada kesepakatan antara PDIP dengan Prabowo di middle stage atau panggung tengah terkait Pilpres 2024. Wilayah kompromistis antara panggung depan (front stage) sama panggung belakang (back stage).
“Di panggung tengah dibicarakan sama pak Prabowo. Udah deh gabung aja dulu (di kabinet). Biar nama mu tidak hilang di peredaran politik. Nanti kamu maju sama Puan,” kata Lely, yang mencoba menebak skenario politik PDIP di Pilpres 2024 dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia meyakini, Prabowo-Puan akan jadi duet maut di 2024. Sebab, Ganjar, Anies, maupun Ridwan Kamil yang sempat digadang-gadang jadi Capres potensial bakal redup. Karena, sekitar 2 tahun jelang Pilpres mereka akan hilang dari peredaran pembicaraan publik. Sebab masa jabatannya habis dan posisi mereka sudah digantikan Pj Gubernur. “Sudah didesain ini semua,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq