Umbu dilahirkan di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, pada 10 Agustus 1943.
Penyair dengan julukan "Presiden Malioboro" itu pada 1968 bersama penyair seperti Suwarna Pragolapati, Iman Budi Santosa, dan Teguh Ranusastra Asmara membidani dan mengasuh Persada Studi Klub (PSK) yang menangani rubrik puisi di Mingguan Pelopor Yogya.
Baca Juga: Mumpuni Kelola Limbah Covid-19, Jasa Medivest Torehkan Apresiasi Nasional
Komunitas satra itu kemudian melahirkan nama-nama besar seperti Emha Ainun Nadjib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi AG, dan Yudistira Adi Nugraha.
Menurut Jengki, Umbu menetap di Bali sejak tahun 1979. Jengki mengenangnya sebagai penyair yang selalu punya cara unik untuk membangkitkan gairah apresiasi sastra. Emha juga dikenal sebagai murid, sahabat, dan adik penyair Umbu yang dikenal misterius tersebut.
"Bagi Umbu, puisi adalah kehidupan dan kehidupan adalah puisi. Penyair Bali generasi 1980-an, 1990-an, dan 2000-an rata-rata pernah bergesekan dengan vibrasi Umbu," katanya.
Baca Juga: BI Jabar dan BMPD Peduli Pekerja Seni Terdampak Pandemi Covid-19
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: