Nikahi Anak Konglomerat Mochtar Riady, Dato Sri Tahir Bertekad: Saya Akan Lebih Baik dari Anda
Crazy rich Mayapada Group, Dato Sri Tahir merupakan lulusan Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Di sanalah ia bertemu istrinya, Rosy Riady yang merupakan anak dari Mochtar Riady, pendiri Lippo Group. Hal tersebut diungkap Dato Sri Tahir dalam video YouTube bertajuk "DATO' SRI TAHIR, MENANTU GENGSI, INGIN LEBIH SUKSES DARI MERTUA?- Hermanto Tanoko (Part 2)".
Tetapi, Rosy Riady merendahkan hatinya untuk menikah dengan Tahir. Pertemuan mereka pun dijodohkan oleh Mu'min Ali. Dato Sri Tahir mengungkap bahwa sang istri hanya meminta kesetiaan darinya.
"Saya makan bubur gak masalah, tapi no ladies. Tak boleh khianati," ucap Tahir meniru ucapan istrinya.
Baca Juga: Hidup Miskin hingga Berharta Rp48 T, Ini Prinsip Hidup Konglomerat Dato Sri Tahir
Dato Sri Tahir mengungkap bahwa Mochtar Riady memiliki prisnip bahwa menantunya tidak boleh bekerja di perusahaannya. Dan itu, diutarakan oleh Mochtar satu minggu usai Tahir menikah dengan Rosy.
Setelah itu, Mochtar bertanya kepada Dato Sri Tahir, "Kamu mau jadi apa?" jawaban Sri Tahir pun membuat Mochtar Riady terkejut.
"Saya akan lebih baik dari Anda," jawabnya.
Dan pada suatu hari, posisi Dato Sri Tahir dalam majalah Forbes berada di atas Mochtar Riady. Meski demikian, Tahir tetap meminta maaf kepada Mochtar Riady jika ia menjadi menantu yang kurang ajar.
"Tanpa Mochtar Riady, tidak akan ada Tahir. Tanpa Rosy Riady, tidak akan ada Tahir." terangnya.
Memiliki mertua seorang yang sukses menjadi 'tekanan' tersendiri bagi Tahir yang saat baru menikahi anaknya belum menjadi apa-apa. Namun, karena terbiasa ditempa akan kerasnya kehidupan. Tahir selalu mampu bangkit dari setiap kegagalan yang dihadapinya. Kini, kita kenal ia sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, sejajar dengan mertuanya, Mochtar Riady.
Saat menentukan nama Mayapada, Tahir sendiri mengungkap bahwa saat di notaris, hanya nama itu yang tersisa karena memiliki arti 'Jagat Raya'. Tahir pun menggunakan nama itu. Ia mengatakan bahwa nama tidak akan mengubah nasib seseorang, harus orang itu yang mengubahnya sendiri.
Padahal dahulu, saat baru mendirikan Bank Mayapada, bank tersebut hanya bank kecil yang tertutup bank-bank besar. Setelah krisis '97-'98, Bank Mayapada justru bersinar karena bank-bank besar tersebut tumbang terkena dampak krisis moneter.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: