Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perpusnas Beberkan Literasi Mampu Pulihkan Ekonomi dan Reformasi Sosial

Perpusnas Beberkan Literasi Mampu Pulihkan Ekonomi dan Reformasi Sosial Kredit Foto: Perpusnas

“Transformasi layanan dari Perpusnas berbasis inklusi sosial mampu menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat saat situasi pandemi Covid-19. Keterlibatan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan atau transfer knowledge, seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis,” katanya.

Perpusnas juga memberikan pendampingan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki. Lalu mencarikan informasi agar bisa dipraktekkan agar mampu mendongkrak kemauan dari bawah dan mau berlatih hingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas home industry.

Perpustakaan nasional dengan program perpustakaan berbasis inklusi, sudah membuktikan bahwa masyarakat termarginalkan bisa menghasilkan usaha sekelas home industry yang paling rendah. Apalagi data mendukung bahwa hanya 10 persen penduduk Indonesia yang tembus ke perguruan tinggi. Sedangkan 90 persen sisanya langsung terjun ke masyarakat.

Menurut syarif, ini adalah potensi luar biasa yang harus direspon, karena cocok dengan potensi sumber daya melimpah yang ada di sekitar masyarakat bermukim.

“Literasi ini adalah kita menemui orang-orang termaginalkan untuk belajar bersama dengan buku-buku ilmu terapan, dengan internet, sampai mereka berdiri di atas kaki sendiri,” katanya.

Syarif Bando kembali menyampaikan bahwa penguatan literasi di tanah air dari sisi hulu, yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah, yang dalam hal ini diwakili oleh Perpusnas. Sayang, pemerintah juga memiliki keterbatasan dalam mencipkatan buku dalam jumlah yang banyak.

Maka menurut dia, forum perguruan tinggi menjadi andalan untuk memasok buku, selayaknya di belahan bumi lain dimana forum rektor dan civitas akademika menjadi pemasok bahan bacaan untuk masyarakat.

Mentaktisi kekurangan buku fisik untuk menutupi kekurangan bahan bacaan yang bisa menjangkau hingga ke seluruh wilayah pelosok ini, Perpusnas sudah memiliki aplikasi iPusnas, yang diakui sebagai satu-satunya perpustakaan di dunia yang memilikinya. Aplikasi digital ini bisa diakses dari android maupun IOS, dengan koleksi ribuan judul buku yang bisa dibaca secara bebas.

“Apakah kita bisa melarang anak-anak bermain game? Tentu tidak bisa karena dia tetap pegang hp-nya. Makanya kami memasukkan iPusnas sebagai pilihan, dan kita orangtua bisa memandu mereka, daripada berselancar di dunia maya yang banyak hoaks, mending membaca iPusnas yang banyak buku-buku anak dan remaja,” katanya.

Perlu diketahui pula bahwa koleksi iPusnas adalah buku-buku yang hak ciptanya sudah dibeli oleh Perpusnas, yang belakangan ini semakin banyak penulis, utamanya kalangan akademisi yang merelakan hak ciptanya secara gratis ke Perpusnas, agar karya tulisnya bias dibaca lebih luas oleh masyarakat.

Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc, Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas, juga memberi dukungan yang besar kepada Perpusnas untuk mengintegrasikan sisi hulu dan hilir literasi dalam konteks pemulihan ekonomi dan reformasi sosial ini.

Disampaikannya bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mengah (RPJM) 2020-2024 sudah menempatkan literasi, kreativitas, dan inovasi sebagai pilar penting perwujudan masyarakat Indonesia yang maju dan berdaya saing.

“Secara khusus di masa pandemi ini, bagaimana peran literasi sangat penting, tidak hanya soal membaca, tapi juga mengaktualisasikan pengetahuan itu untuk meningkatkan kehidupan,” katanya.

Bappenas juga mendorong gerakan literasi berbasis iklusi sosial, dimana pengetahuan yang diperoleh dari bahan bacaan bisa langsung dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari guna mendapatkan manfaat ekonomi. Bappenas juga membuat kebijakan melalui Dana Alokasi Khusus, untuk meningkatkan layanan kualitas bacaan di kabupaten dan provinsi.

“Pemerintah menyiapkan infrastrukturnya, dan mendorong pemanfaatan dana desa sesuai sumber daya di desa itu. Literasi bias menjadi pendorong sumber daya dan memaksimalkan penghasilan masyarakat, disamping penguatan budaya gemar membaca di daerah, terutama di daerah 3T,” sambung Subandi.

Dikatakan Subandi dalam sesi yang sama bahwa selain Perpusnas, Kemendikbud juga aktif menyediakan bahan-bahan bacaan kepada masyarakat. Buku-buku yang disediakan di berbagai ruang baca di daerah juga disesuaikan dengan minat dan sumber daya masyarakat setempat untuk membangkitkan ekonominya.

Ia juga menyampaikan bahwa sekolah saat ini sudah mulai memiliki koleksi buku sastra dan buku-buku ilmu terapan, disamping buku mata pelajaran wajib.

Secara khusus pada masa pandemi ini, Bappenas melihat bahwa peran literasi sangat nampak, dimana para ibu memiliki kreativitas mengelola bahan makanan dari sumber daya pangan lokal, dimana Perpusnas juga memberikan pelatihan online untuk memasak, yang tentu hal ini sangat berguna

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: