Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih bertengger di atas survei capres. Syaratnya, kalau Jokowi benar-benar tidak nyapres lagi di 2024.
Hal itu dikuatkan hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang mencatat elektabilitas Ganjar berada di urutan pertama dengan 15,7 persen, sementara Anies di urutan kedua 14,6 persen.
Baca Juga: Mengejutkan, Prabowo hingga Anies Kalah Telak dari Jokowi, Tiga Periode?
Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, persaingan capres ini cukup ketat. Pasalnya, perbedaan suara dari setiap calon sangat tipis.
“Antara Mas Ganjar dengan Mas Anies bahkan dengan Pak Prabowo, bahkan dengan Kang Ridwan Kamil, itu bedanya tidak terlalu signifikan,” kata Burhan dalam acara virtual yang bertemakan ‘Temuan Survei Nasional Persepsi Ekonomi dan Politik Jelang Lebaran’, kemarin.
Kenapa persaingan hanya ada di Ganjar dan Anies? Kata Burhanudin, tren elektabilitas Prabowo cenderung turun. Sedangkan Ganjar terus stabil meskipun sempat turun di survei September 2020. “Kalau Anies kurang lebih suaranya stabil,” sebut jebolan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.
Menurutnya, persaingan capres masih terbuka dalam tiga tahun ke depan. Nama-nama yang saat ini dijagokan, harus bekerja dengan baik sesuai dengan jabatannya. “Karena yang berada di peringkat 5 besar itu suaranya relatif tidak dominan,” beber Burhan.
Bagaimana tanggapan PDIP mengenai Ganjar yang selalu masuk lima besar survei pilpres? Politisi PDIP, Hendrawan Supratikno mengatakan, hasil survei bukan segalanya. Namun, dia berterima kasih karena kader partainya diterima rakyat.
“Hasil survei selalu naik turun, dinamis, terkadang penuh kejutan. Itu harus diterima sebagai hal yang biasa. Jadi jangan diterima sebagai harga mati,” tegasnya saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Legislator asli Jawa Tengah itu enggan menyikapi serius seluruh hasil survei yang keluar sebelum waktunya. Bagi kubu Banteng, pilpres masih lama. Tidak perlu dikagetkan dengan hasil survei yang cuma bisa membuat jantung berdegup kencang.
Senada dengan Hendrawan, Loyalis Anies, Geisz Chalifah tidak tertarik menyikapi hasil survei yang keluar sekarang-sekarang ini. Pasalnya, pendukung Anies sudah punya survei sendiri.
“Berkali-kali saya nyatakan tidak banyak lembaga survei yang saya percaya. Biarlah mereka sedang mencari rezeki. Jadi, wajar saja walaupun dengan cara yang seringkali aneh bin ajaib,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka.
Sementara, Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera gembira mendengar dua anak muda, yaitu Anies dan Ganjar selalu berada di tiga besar calon kuat menduduki kursi RI-1.
Menurutnya, kontestasi akan semakin menarik. Keduanya punya kelebihan masing-masing. Barometernya adalah sama-sama memimpin daerah dengan tingkat kekuatan ekonominya cukup tinggi.
“Sayangnya memang ada tragedi ketika 2022 dan 2023 tidak ada pilkada jadi oligarki dapat terjadi,” jelas legislator kelahiran Jakarta 53 tahun silam itu kepada Rakyat Merdeka.
Bagaimana nasib keduanya kalau Jokowi kembali nyapres? Mardani menegaskan, Jokowi selesai di 2024. Tidak boleh nambah. “Pak Jokowi mesti selesai 2024. Ide tiga periode bahaya dan bencana bagi demokrasi,” terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: