Targetkan USD25 Ribu, Ormas-ormas Islam di Asia Tenggara Genjot Galang Dana Palestina
Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini mendesak PBB melakukan langkah cepat dan upaya strategis agar Palestina kembali damai, berdaulat sebagai sebuah negara yang diakui seluruh bangsa di dunia.
“PBNU mengutuk penyerangan polisi Israel terhadap warga Palestina yang sedang beribadah. Terlebih, peristiwa itu terjadi pada Ramadan, bulan yang suci bagi umat Islam,” kata Helmy dalam pernyataannya.
Selain itu, NGO Aqsa Working Group (AWG) melakukan aksi solidaritas di 30 titik di Indonesia pada Senin petang, pasca-serangan Israel terhadap jemaah di Masjid al-Aqsa, Yerusalem.
Ketua Presidium AWG M Anshorullah mengungkapkan, aksi tersebut digelar sekaligus berbagi takjil gratis di lokasi yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera, hingga Ternate. Di Jakarta, aksi solidaritas Masjid al-Aqsa digelar di Tugu Tani.
Pemicu Konflik Pecah
Suasana di Palestina kian memanas. Korban berjatukan di Jalur Gaz. Pemicunya adalah serangan Israel terhadap warga sipil Palestina di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, beberapa hari belakangan.
Seperti dilaporkan Reuters, ledakan mengguncang banyak gedung di seluruh Gaza pada Selasa (11/5/2021) dan Senin (10/5/21). Akibat serangan ini, 26 warga Palestina tewas, lebih dari 109 terluka dalam serangan udara.
Konflik itu berawal saat para warga Palestina memprotes rencana Israel untuk menggusur mereka dari kawasan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur dalam rangka perluasan permukiman Yahudi.
Aksi protes berlanjut usai shalat Jumat pada 7 Mei lalu di Masjid Al-Aqsa, sebuah situs yang paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina. Ini merupakan Jumat terakhir di bulan suci Ramadan tahun ini.
Setelah shalat, banyak yang memilih tidak langsung pulang untuk ikut aksi protes menentang pengusiran warga Palestina di wilayah yang diklaim pemukim Yahudi.
Setelah berbuka puasa, pecah bentrokan di Al-Aqsa dan di dekat Sheikh Jarrah, yang terletak tak jauh dari Gerbang Damaskus yang terkenal di kawasan Kota Tua Yerusalem.
Polisi Israel menggunakan meriam air dari kendaraan lapis baja untuk membubarkan ratusan pemrotes yang berkumpul di dekat rumah-rumah keluarga yang terancam diusir. Para pemrotes juga berasal dari kawasan lain.
"Bila tidak mendukung kelompok warga di sini, (pengusiran) akan terjadi di rumah saya, rumah dia, rumah mereka, dan semua warga Palestina yang tinggal di sini," kata pemrotes bernama Bashar Mahmoud, pemuda 23 tahun yang tinggal di kawasan Issawiya di wilayah Palestina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: