Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantan Bos BIN Bersuara: Ketimbang Ributin Arab dan Yahudi, Mending Urusin Nasib Bangsa Sendiri!

Mantan Bos BIN Bersuara: Ketimbang Ributin Arab dan Yahudi, Mending Urusin Nasib Bangsa Sendiri! Kredit Foto: Instagram/Middle East Eye
Warta Ekonomi -

Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara Jenderal (Purn) AM Hendropriyono mengingatkan, Palestina dan Israel bukanlah urusan Indonesia. Melainkan bangsa Arab dan Yahudi.

"Urusan Indonesia adalah nasib kita dan hari depan anak cucu kita," ucapnya di hadapan anggota Kerukunan Keluarga Akademi Militer 1967, di Jakarta, Selasa (18/5).

Hendro berharap rekan-rekannya bertindak, memperjuangkan nasib bangsa yang saat ini diserang ideologi khilafah. Kata Hendro, tidak sedikit yang terbawa arus, mendukung ideologi khilafah, liberalisme, kapitalisme, komunisme, maupun ideologi asing lainnya. Bukan hanya masyarakat biasa, ideologi tersebut sudah masuk ke dalam oknum militer, polisi, politisi, dan ASN.

Baca Juga: Hey PBB Segera Bertindak! Tak Cukup Hanya Dikutuk, Israel Wajib Diberi Sanksi!!

"Kalau ada yang melecehkan, karena saya membela filsafat dasar bangsa kita, Pancasila, tolong rapatkan barisan dengan saya untuk membela diri, bangsa kita sendiri. Ironis sekali orang yang mengritik saya membela Pancasila, demi membela negeri sendiri, tapi dia menggebu-gebu membela Palestina," sesal Hendro.

Dia bahkan bertanya-tanya, apakah para pengkritiknya itu paham tentang Palestina atau Isreal.

"Apakah pengkhianat itu kenal dengan Mahmoud Abbas, Ismail Haniyeh, Reuven Rivlin, atau Benjamin Netanyahu? Saya yakin tidak kenal. Yang dia kenal adalah anak, istri, mantu, dan cucu sendiri. Kenapa yang dibela orang-orang yang tidak dikenal?" sindirnya.

Pernyataan ini menanggapi informasi tentang adanya mantan politisi yang tidak senang terhadap sepak terjangnya yang gigih membela Pancasila, dan melawan ideologi asing. Hendro lantas mengingatkan tentang kehancuran Libya dan Muammar Khadaffi.

Menurutnya, Khadaffi adalah pemimpin yang dicintai 90 persen rakyatnya. Namun Libya bisa hancur, karena hanya 10 persen penduduknya yang berkhianat. Akibat provokasi barat dan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), rakyat Libya membunuh Khadaffi yang memberikan kesejahteraan. Khadaffi dihajar secara membabi-buta oleh rakyatnya sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: