Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Non-Fungible Token (NFT)?

Apa Itu Non-Fungible Token (NFT)? Seseorang menggunakan laptop. | Kredit Foto: Unplash/Campaign Creators
Warta Ekonomi, Jakarta -

Non-fungible Token (NFT) tampaknya telah menjadi populer di tahun ini. Dari seni dan musik, makanan, hingga kertas toilet, aset digital ini laris manis layaknya lukisan dari Eropa abad ke-17 yang eksotis, bahkan beberapa di antaranya seharga jutaan dolar.

Akan tetapi, apakah nilai NFT sepadan dengan uangnya—atau ini semua hanyalah sensasi belaka? Beberapa ahli mengatakan bahwa NFT adalah "bubble" yang siap meletus, seperti halnya dengan dotcom atau Beanie Babies. Namun, pakar lain percaya bahwa NFT akan tetap bertahan dan mereka bisa mengubah dunia investasi selamanya.

Baca Juga: Sebelum Trading Crypto, Edukasi untuk Investor Sangat Penting

Mengenal Apa Itu NFT, Token Digital yang Unik

NFT adalah singkatan dari non-fungible token. Dalam ilmu ekonomi, aset yang dapat dipertukarkan adalah sesuatu dengan unit yang dapat dengan mudah dipertukarkan–contohnya adalah uang. Contohnya seperti ini, Anda dapat menukar uang kertas Rp10 ribu dengan dua lembar uang kertas Rp5 ribu dan nilainya sama. Namun, jika sesuatu tidak dapat dipertukarkan, berarti alat ini memiliki sifat unik sehingga tidak dapat dipertukarkan dengan yang lain.

Alat ini bisa berupa rumah, atau lukisan seni atau barang sejenis. Anda dapat mengambil foto lukisan atau membeli cetakannya, tetapi hanya akan ada satu lukisan yang asli.

NFT adalah aset "satu-satunya" di dunia digital yang dapat dibeli dan dijual seperti properti lainnya, tetapi mereka tidak memiliki bentuk yang nyata. Token digital dapat dianggap sebagai sertifikat kepemilikan untuk aset virtual atau fisik.

Apa Perbedaan NFT dan Cryptocurrency?

NFT adalah singkatan dari non-fungible token. Biasanya dibuat menggunakan jenis pemrograman yang sama dengan cryptocurrency, seperti Bitcoin atau Ethereum, tetapi persamaannya hanya sampai di situ saja.

Uang fisik dan cryptocurrency adalah "sepadan", artinya mereka dapat diperdagangkan atau ditukar satu sama lain. Mereka juga sama nilainya—seribu rupiah selalu bernilai seribu rupiah; satu Bitcoin selalu sama dengan Bitcoin lainnya. Kesepadanan Crypto menjadikannya alat tepercaya untuk melakukan transaksi di blockchain.

Namun, NFT itu berbeda. Masing-masing memiliki tanda tangan digital yang tidak memungkinkan NFT untuk ditukar atau setara satu sama lain (karenanya, tidak dapat dipertukarkan). Satu klip NFT, misalnya, tidak sama dengan NFT lainnya hanya karena keduanya adalah NFT.

Bagaimana cara kerja NFT?

Karya seni tradisional seperti lukisan adalah barang yang sangat berharga karena jumlahnya hanya satu. Namun, file digital dapat diduplikasi dengan mudah. Dengan NFT, karya seni dapat "ditokenisasi" untuk membuat sertifikat kepemilikan digital yang dapat dibeli dan dijual.

Seperti mata uang kripto, catatan tentang siapa yang memiliki apa akan disimpan di buku besar bersama yang dikenal sebagai blockchain. Catatan ini tidak dapat dipalsukan karena buku besar dikelola oleh ribuan komputer di seluruh dunia.

NFT juga dapat berisi kontrak pintar yang dapat memberi seniman, misalnya, potongan dari penjualan token di masa mendatang.

Berapa nilai NFT?

Secara teori, siapa pun dapat menandai pekerjaan mereka untuk dijual dengan NFT, tetapi cara kerja ini telah didorong oleh berbagai media yang baru-baru ini membahas tentang penjualannya yang mencapai jutaan dolar AS.

Pada tanggal 19 Februari, animasi Gif Nyan Cat, sebuah meme kucing terbang yang muncul di tahun 2011-dijual dengan harga lebih dari 500.000 USD. Beberapa minggu kemudian, musisi Grimes menjual beberapa karya seni digitalnya seharga lebih dari 6 juta USD.

Bukan hanya seni yang bisa ditokenisasi dan dijual. Pendiri Twitter Jack Dorsey telah mempromosikan NFT dari tweet pertama dengan tawaran fantastis mencapai 2,5 juta USD.

Penjualan Christie atas NFT oleh seniman digital Beeple seharga 69 juta USD menetapkan rekor baru untuk penjualan seni digital. Namun, seperti mata uang kripto, ada kekhawatiran lain tentang dampak lingkungan dari pemeliharaan blockchain.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: