Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

14 Daerah Rawan Stunting, Pemprov Jabar Gercep Lakukan Ini

14 Daerah Rawan Stunting, Pemprov Jabar Gercep Lakukan Ini Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Saat ini ada 14 daerah rawan stunting di Jawa Barat. Upaya menurunkan angka stunting terus dilakukan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), yaitu melalui program Edukasi Protein Ayam dan Telur.

Selain itu, Pemda Provinsi Jabar juga menyalurkan 5.000 ekor ayam dan 50.000 butir telur ayam ras kepada masyarakat di lokasi rawan stunting di lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang. 

Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, program tersebut bertujuan menekan kasus stunting dengan meningkatkan kesadaran dan angka konsumsi daging ayam dan telur masyarakat Jabar. Sebab, mengonsumsi daging ayam dan telur menjadi salah satu cara mencegah stunting.

Baca Juga: Covid Meledak di Malaysia, Bukan Nakut-nakutin Kasus Covid di RI Gak Kalah Serem, Hati-hati!

"Kegiatan kali ini adalah sebagai bentuk responsif pemerintah untuk bagaimana mengatasi stunting melalui (peningkatan konsumsi) protein unggas," kata Uu kepada wartawan di Bandung, Sabtu (29/5/2021). 

Jabar sebagai salah satu daerah penghasil daging ayam dan telur terbesar di Indonesia, stok kedua komoditas tersebut akan aman di Jabar. Tinggal bagaimana kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi daging ayam dan telur terus ditingkatkan. 

Uu berharap program tersebut akan terus tumbuh dan dilakukan di 27 kabupaten/kota di Jabar. Jika itu terwujud, kasus stunting di Jabar bakal terus menurun dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) akan meningkat.

"Mudah-mudahan dengan kegiatan kali ini ada keseimbangan linier antara Jawa Barat sebagai penghasil unggas terbesar, tetapi dibuktikan dengan masyarakatnya sehat, balitanya tidak ada lagi yang stunting," imbuhnya.

Adapun Ketua TP PKK Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan, upaya seperti ini perlu konsisten dilakukan di kabupaten/kota guna menurunkan angka stunting di daerah masing-masing. Saat ini angka stunting di Jabar menurun. Pada 2019 tercatat angka stuntung Jabar 31,1, kini sudah menurun di angka 26,6.

Menurutnya, ada tiga hal yang perlu disosialisasikan dan diedukasi kepada masyarakat, yakni pola makan, pola asuh, dan pola sanitasi. Pembagian 5.000 paket ayam ini masuk aspek pola makan. Menurutnya, asupan protein pada anak harus tetap terjaga dan tidak kalah penting 1.000 hari pertama kehidupan bayi. 

Mulai dari hamil, menyusui diberikan air susu ibu eksklusif selama 6 bulan. Setelah itu diberikan makanan pendaming air susu ibu  (MPASI), lalu Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP).

“Jadi semuanya diberikan edukasi yang lengkap, supaya anak-anak ini tumbuh kembangnya bisa terpantau,” ujarnya.

Pendataan ibu dan anak terintegrasi dan terdigitalisasi, kata Atalia, juga harus dimiliki kabupaten/kota. Data harus terbuka ke publik sehingga transparan dan tidak ada yang ditutup–tutupi.

“Seperti di Sumedang, kemarin saya lihat datanya sudah baik sekali. Mereka punya e-Government (Sumedang ommand Center)  yang sangat mumpuni sehingga (data stunting) dapat diketahui by name by adress,” tuturnya.

Atalia juga meminta kabupaten/kota memperkuat posisi posyandu secara kelembagaan dan kader- kadernya supaya militan memgedukasi masyarakat. Dalam pelaksanaannya posyandu bekerja sama dengan PKK kecamatan/kelurahan.

“Penggerakannya bisa dilakukan bersama dengan stakeholders karena jejaring di masyararakat itu banyak sekali termasuk karang taruna, teman-teman dari dinsos,” ungkapnya.

Dia menilai stunting bukan hanya persoalan desa atau kota tapi pengetahuan masyarakat perihal kesehatan ibu dan anak.

"Wilayah metropolitan seperti Kota Bandung sekalipun, masih ditemukan kasus stunting.  Ini lebih kepada pengetahuan keluarga dan kebiasaan yang diberikan keluarga,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar Jafar Ismail menjelaskan sejumlah tujuan dari program Edukasi Protein Ayam dan Telur. Pertama adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi khususnya protein hewani dari ayam dan telur.

Baca Juga: Sambut Pesan Mendagri Tito, DPR: Penumpasan Stunting Lewat PKK Dinilai Tepat

Selain itu, program tersebut bertujuan meningkatkan angka konsumsi daging ayam dan telur masyarakat Jabar, membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kecukupan gizi, serta menyatukan seluruh stakeholder keunggasan untuk melaksanakan promosi melalui kampanye dan edukasi gizi.

"Kami juga ingin menyatukan seluruh pemangku kepentingan perunggasan nasional dalam meningkatkan konsumsi daging ayam dan telur," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: