Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Arsjad Rasjid, Sosok di Balik Naiknya 7 Kali Lipat Aset Indika Energy

Mengenal Arsjad Rasjid, Sosok di Balik Naiknya 7 Kali Lipat Aset Indika Energy Kredit Foto: Kadin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama Arsjad Rasjid akhir-akhir ini makin santer terdengar. Bagaimana tidak, pria kelahiran Maret 1970 ini tengah menjadi kandidat kuat untuk posisi Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2021–2026. Musyawarah Nasional (Munas) sekaligus kontes pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia rencananya akan diadakan pada 26 Juni di Kendari, Sulawesi Tenggara. 

Di samping sebagai calon Ketum Kadin yang baru, nama Arsjad Rasjid lebih dulu familier di sektor pertambangan dan energi lantaran jabatannya sebagai Presiden Direktur PT Indika Energy, Tbk. Selain itu, ia juga merupakan komisaris PT Grab Teknologi Indonesia; Komisaris Utama PT Mitrabahtera Segara Sejati, Tbk; Komisaris Utama PT Petrosea, Tbk; Komisaris PT Net Mediatama Televisi; dan Komisaris PT Kideco Jaya Agung.

Keberhasilannya dalam membangun PT Indika Energy, Tbk bahkan diakui dunia lewat World Economic Forum. Secara personal, ia berhasil menyabet penghargaan The Young Global Leader 2011 dari World Economic Forum. Sementara bagi korporasi, penghargaan The Global Growth Company sukses disematkan untuk Indika Energy pada 2010.

“Indika Energy menjadi perusahaan Indonesia pertama yang berhasil menaruh peta di World Economic Forum sebagai The Global Growth Company pada 2010. Kami sangat bangga tentunya, sebab kebanyakan yang sering meraih penghargaan adalah perusahaan China. Lalu kalau penghargaan yang saya raih saat itu, adalah berbarengan dengan posisi saya sebagai Presdir,” ujarnya dalam wawancara eksklusif.

Baca Juga: Munas VIII Kadin Diundur, Arsjad Rasjid: Saya Siap, Kapan pun, di Mana pun

Kisah berdirinya Indika berawal dari PT Prabu Wahana yang dibangunnya pada tahun 1994. Selang satu tahun kemudian, Agus Lasmono yang merupakan teman dekat Arsjad ikut bergabung. Di tahun 1996, nama Indika lahir sebagai akronim dari industri multimedia dan informatika.

Jatuh bangun dalam mempertahankan Indika tentunya pernah dialami Arsjad. Ia menceritakan di tahun 2000-an pasca krisis ekonomi dunia, ia sempat berencana untuk mengembangkan bisnis pembangkit listrik. Sayangnya hal tersebut harus urung karena kondisi pembiayaan yang masih sulit dilakukan di Indonesia.

“Lalu akhirnya saya dan beberapa rekan ke China untuk cari peluang bisnis pembangkit listrik. Sampai di sana, ternyata banyak perusahaan justru butuhnya batu baru. Akhirnya kami balik ke Indonesia, cari perusahaan batu bara lalu tanda tangan, dan didukung penuh China. Namun ternyata belum rezeki, akhirnya gagal,” jelasnya seraya tertawa.

Ia melanjutkan, “Tapi karena sudah terlanjur janji dengan China, akhirnya saya datangi setiap perusahaan batu bara besar di Indonesia. Lalu ketemulah PT Kideco Jaya Agung. Saya diskusi dengan direktur pemasarannya, beliau malah tanya kenapa saya tidak ikutan saja dalam proses divestasi. Kemudian kami ikut dalam proses bidding-nya, Alhamdulillah menang dan dapat dukungan pembiayaan dari perbankan Korea.”

Dari situlah Indika melebarkan sayapnya di sektor pertambangan. Sebagai permulaan, di tahun 2003–2005 pihaknya merekrut para profesional untuk menjalankan bisnis tersebut. Namun pada 2005, Arsjad terjun langsung mengelola Indika Energy sebagai Chief Operating Officer (CEO). Pada 2005, hanya ada sekitar 40 orang yang bekerja di perusahaan. Selang lima tahun kemudian, Indika Energy sukses memiliki lebih dari 10.000 karyawan.

Sejak kepimimpinan Arsjad, aset Indika Energy kian meningkat pesat. Tercatat hanya dalam waktu enam tahun, ia berhasil menumbuhkan aset perusahaan hingga tujuh kali lipat. Menurutnya, capaian tersebut merupakan hasil kerjasama dari setiap karyawan yang berkontribusi di perusahaan.

“Di 2005, aset perusahaan kami sebesar Rp2,78 triliun. Naik sampai 7 kali lipar menjadi Rp18,28 triliun pada 2011. Bagi saya, achievement tersebut tidak akan terjadi tanpa gotong royong manusia sebagai ‘arwah’ dari perusahaan,” tuturnya.

Baca Juga: Dikawal Pimpinan Kadin Daerah, Arsjad Rasjid Resmi Daftar Calon Ketua Umum Kadin

Di balik pencapaian positif, Indika Energy juga tak luput dari problem. Tragedinya berlangsung di tahun 2003–2006 saat harga batu bara anjlok. Menyiasati persoalan tersebut, Arsjad menempuh strategi back to basic dengan melihat kembali cost yang bisa dirampingkan. “Jangan sampai salah, umumnya pebisnis lebih mendahulukan untuk mengurangi pegawai. Padahal manusia itu kan bukan biaya tapi aset,” ia mengingatkan.

Gaya kepimpinan Arsjad boleh jadi berbeda dengan para leaders lainnya. Ia memanggil dirinya ‘Pemimpin ASA’ yakni pemimpin yang bisa memberi sebuah harapan kepada semua dinastinya termasuk diri sendiri. ASA sendiri merupakan Authentic, Spiritual, dan Agility. Authentic adalah menjadi diri sendiri, sementara spiritual baginya bermakna luas bahwa seorang pemimpin harus punya values.

“Sedangkan Agility yang saya tanamkan maksudnya adalah seorang pemimpin harus mampu adaptif dan inovatif. Seperti sekarang kondisi pandemi yang tidak pernah terlintas oleh siapapun, pemimpin dituntut adaptif dan invoatif supaya ide yang out of the box bisa lahir.  Gaya ‘Pemimpin ASA’ ini juga saya emban untuk maju sebagai calon Ketua Umum Kadin Indonesia dengan komitmen memperkuat dan menghadirkan Kadin baru yang lebih inklusif dan kolaboratif,” Arsjad mengakhiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: