Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Orang Dekat Netanyahu Berjatuhan, Usai Trump, Akankah Narendra Modi Ikut Lengser?

Orang Dekat Netanyahu Berjatuhan, Usai Trump, Akankah Narendra Modi Ikut Lengser? Kredit Foto: Antara/REUTERS/Stringer
Warta Ekonomi, New Delhi -

Setelah Donald Trump, Perdana Menteri India Narendra Modi akan kehilangan "teman dekat" lainnya karena penggulingan PM Israel Benjamin Netanyahu tampaknya sudah dekat. Persahabatan Modi dengan Trump dan Netanyahu diliput secara luas oleh media.

Menariknya, baik 'Bibi' sebagai Netanyahu dipanggil dengan sayang di negaranya, dan Modi saat ini menghadapi oposisi yang agak serupa di wilayah domestik mereka.

Baca Juga: Jelang Quick Count, Netanyahu: Saya Perlu Kupas Semua Pendukung Oposisi

Benjamin Netanyahu yang telah memegang kekuasaan selama 15 tahun terakhir siap digulingkan oleh koalisi delapan partai politik. Dan Modi telah dikritik oleh Oposisi serta media global atas apa yang dilihat sebagai kesalahan penanganan krisis Covid-19 oleh pemerintahnya.

Dengan kepergian Netanyahu, pelajaran apa yang bisa dipelajari Modi dari episode ini menjelang pemilihan umum 2024?

PM Israel Terlama Melayani Rajyat

Dilansir EurAsian Times, Jumat (4/6/2021), pada 2019, Netanyahu menjadi Perdana Menteri Israel terlama. Tetapi setelah serentetan tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lama, dia akan digulingkan oleh koalisi partai-partai oposisi.

Pada tanggal 3 Juni, lawan-lawannya —Yair Lapid dan Neftali Bennett— akhirnya mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan koalisi baru.

Sebelumnya, Yair Lapid menjalin kesepakatan koalisi dengan Partai Islam, Daftar Arab Bersatu. Ini akan menjadi partai Arab pertama yang menjadi bagian dari pemerintah Israel.

Sementara Likud (Gerakan Pembebasan Nasional) Netanyahu memenangkan kursi maksimum dalam pemilihan yang diadakan pada bulan Maret, sekutu tradisional dan nasionalisnya tidak dapat membentuk koalisi mayoritas.

Menariknya, sekutu sayap kanan Likud itu menolak untuk bergabung dengan koalisi dengan partai Arab, Daftar Arab Bersatu, yang pada akhirnya muncul sebagai pembuat raja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: