Pemerintah dan Industri Perlu Duduk Bersama Bahas Waktu Tepat Penerapan Zero ODOL
Pandemi yang melanda Indonesia di awal tahun 2020 mengakibatkan pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas mengalami penurunan sebesar 158% dari 4,34% menjadi minus 2,52%. Saat ini, industri nasional dalam masa recovery, namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pada triwulan I 2021, pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas masih mengalami penurunan sebesar 135% dari 2,01% menjadi -0,71%. Pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia juga masih dibayangi oleh gelombang pandemi berikutnya.
Hal itu disampaikan Ashady Hanafie, Kepala Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri, Subdirektorat Industri Semen dan Barang dari Semen Kemenperin dalam acara FGD bertajuk “Kebijakan Zero ODOL, Kesiapan Industri dan Tantangan Menjaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19, yang diselengagarakan Warta Ekonomi, Kamis (10/6).
Baca Juga: Kawasan Industri Kendal Serap Investasi Rp.19,2 Triliun
“Sektor industri salah salah tulang punggung untuk perekonomian nasional dan menjadi sektor penyumbang terbesar terhadap PDB nasional,” ujarnya.
Dia mengutarakan banyaknya perusahaan yang tutup akibat pandemi ini, berakibat pada penurunan tenaga kerja. Menurutnya, penurunan tenaga kerja ini juga berpotensi memperbesar permasalahan sosial. Tercatat, jumlah tenaga kerja industri sampai dengan Februari 2021 mengalami penurunan sebesar 5% (yoy).
Jadi, dia meminta agar permasalahan yang dihadapi industri saat ini jangan dulu dibebani lagi dengan hal-hal lain seperti kebijakan Zero Over Dimension Over Load (ODOL) yang akan diterapkan di awal 2023 mendatang.
Dia meminta semua pihak bersama-sama menjaga agar kondisi industri di Indonesia ini tetap kondusif. Karenanya, dia meminta agar kebijakan Zero ODOL ini pun bisa diundur lagi hingga 2025 mendatang, sampai kondisi sektor industri yang tengah terpuruk saat ini bisa pulih kembali.
Dia mengatakan industri saat ini tengah fokus pada usaha untuk bertahan agar tidak sampai menutup usahanya. Pada tahun 2021, industri mulai bangkit kembali. Dengan demikian, industri telah kehilangan waktu selama 2 tahun untuk persiapan penerapan kebijakan Zero ODOL.
“Saya yakin tadinya semua industri pasti komitmen untuk menjalankan kebijakan Zero ODOL ini pada awal tahun 2023. Tapi, karena kondisinya tiba-tiba terjadi pandemi, mereka cuma meminta kelonggaran waktu saja hingga 2025 mendatang,” tukasnya.
Dia mengatakan penerapan kebijakan Zero ODOL memerlukan perencanaan yang tepat sasaran agar tidak berdampak negatif dan menimbulkan shock terhadap makro perekonomian dan khususnya pada perkembangan industri. Untuk suksesnya penerapan kebijakan Zero ODOL ini, menurutnya ada 3 hal yang segera harus diselesaikan. Di antaranya adalah penyesuaian KEUR/KIR yang ada terhadap desain kendaraan dan kelas jalan, kebijakan penerapan multi axle, dan peningkatan kualitas daya dukung jalan sesuai kelas jalan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: