Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sang Tukang Kepret Rizal Ramli Dibenci Sama Mereka yang Takut Dikepret

Sang Tukang Kepret Rizal Ramli Dibenci Sama Mereka yang Takut Dikepret Rizal Ramli, Pakar Ekonomi | Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Selain itu, ia menceritakan perjalanan dirinya bertemu dengan Rizal Ramli. Awal mulanya, ia diperkenalkan oleh Presiden keempat almarhum Abdurrahmman Wahid alias Gus Dur, “Ini satu lagi orang gila seperti Mas Jaya dan saya!”. ujarnya.

Kemudian, saat era kepemimpinan Gus Dur RR diangkat menjadi Kepala Bulog hingga diangkat menjadi Menteri Koordinasi Ekonomi dan Menteri Keuangan di dalam jajaran kabinet Presiden Gus Dur.

Menurut Jaya, pada saat itu terbukti bahwa RR memang benar-benar gila dalam arti benar-benar positif dan konstruktif dalam jurus politik ekonominya, namun juga gila dalam jurus ngepret siapa saja yang berani melakukan korupsi atau mengkhianati rakyat.

Baca Juga: Berandai-andai Jadi Presiden, Rizal Ramli Lantang Teriakkan: Saya Potong...

"Wajar jika sang tukang kepret bukan saja ditakuti namun juga dibenci oleh mereka yang kena kepret! Andaikata saya dikepret RR pasti saya juga langsung bergabung ke PTBRR (Paguyuban Takut & Benci RR)." ujarnya.

Selanjutnya, menurut pendapat dia, RR sebagai putra terbaik Indonesia, dirinya tidak pernah mendengar beliau berbicara bicara kasar dan kotor.

"Saya pribadi belum pernah mendengar kata cacimaki seperti cebong, kampret, kadal gurun, anjing, atau kata tiga huruf yang tidak layak ditulis di sini ke luar dari mulut Rizal Ramli." ujarnya.

"Menurut keyakinan pribadi saya yang tentu saja subyektif sebab memang tidak ada keyakinan yang obyektif kecuali diobyektif-obyektifkan, DR. Rizal Ramli yang sudah dianugrahi gelar Gus Ramli cukup beradab, sehingga mustahil tega mengucapkan kata-kata kasar dan kotor meski amarahnya sedang memuncak." tulisnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: