Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Situasi Covid-19 Makin Gawat, Ekonom: Sudah Waktunya Pilih Kesehatan atau Ekonomi, Bukan Keduanya

Situasi Covid-19 Makin Gawat, Ekonom: Sudah Waktunya Pilih Kesehatan atau Ekonomi, Bukan Keduanya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia per 5 Juli 2021 mencapai angka 29.745 kasus. Hal ini menunjukkan kondisi pandemi di Indonesia sudah semakin darurat dan mengkhawatirkan.

Lead Financial and Economic Data Science Laboratory Fakultas Ekonomi dan Manajemen Insitut Pertanian Bogor (FEM IPB) Iman Sugema menyatakan pemerintah harus memilih salah satu di antara kesehatan dan ekonomi dalam upaya penanganan Covid-19.

Baca Juga: Ya Allah, Kasus Harian COVID Hampir Sentuh 30 Ribu, Sementara Kematian Cetak Rekor Tinggi

"Sekarang ini mau tidak mau kita harus pilih salah satu, otherwise, dua-duanya collapse. Kalau pilih keduanya, dua-duanya tidak akan terurus," ujarnya dalam diskusi virtual FEM Station: PPKM Darurat dan Behavourial Economics, Senin (5/7/2021).

Menurutnya, pemulihan ekonomi bisa terjadi seiring dengan membaiknya aspek kesehatan. 

"Kita mendapat puncak gelombang satu itu Januari, dan ekonomi mulai merangkak naik setelah itu. Itu natural terjadi," tuturnya.

Ekonom senior Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) itu menjelaskan jika kasus harian Covid-19 mencapai 100 ribu per hari, ekonomi negara pasti akan berhenti. Oleh sebab itu, dia mengatakan sebaiknya kebijakan pemerintah fokus pada penanganan Covid-19 dari segi kesehatan untuk menahan penyebaran Covid-19 sambil mencoba menstabilkan keadaan.

"Sekarang kita menerapkan kebijakan yang sangat ketat, artinya selama dua minggu atau mungkin paling lama enam minggu kita lakukan PPKM darurat dan berkorban ekonomi, setelah itu kasus Covid akan slowing down, baru kita akan memikirkan cara mempercepat pemulihan ekonomi," tambahnya.

Iman juga mengingatkan pemerintah harus berperan dalam pemulihan ekonomi rakyat, seperti menyediakan bansos, subsidi, dan lainnya. Dia juga meminta agar pemerintah tidak menaikkan pajak secara tiba-tiba.

"Jangan lupa jangan tiba-tiba naikin pajak. Gila aja sekarang pajak mau dinaikin. Orang belum sembuh, ekonomi belum recover, kemudian tiba-tiba ada mau naikin pajak. Itu saya kira penyakit tersendiri, wabah tersendiri," lanjutnya.

Kemudian, dia juga mengimbau masyarakat agar menyadari partisipasi mereka atas kedisiplinan protokol kesehatan merupakan salah satu faktor terbesar yang akan menghentikan situasi genting ini.

"Korban ekonomi juga tidak terlalu tinggi kalau masyarakat taat. Tapi kalau masyarakat masih menganggap Covid tidak ada, nah ini akan menjadi masalah tersendiri," kata Iman.

Iman menyarankan pengedukasian terhadap masyarakat mengenai upaya penanganan Covid-19 harus dilakukan sampai ke level Rukun Tetangga (RT). Karena menurutnya masyarakat Indonesia tidak seperti masyarakat negara maju yang mudah diatur.

Masyarakat harus terus diimbau untuk tetap berdiam diri di rumah karena Iman menilai cara tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Meyakinkan masyarakat untuk stay at home itu adalah cara terbaik untuk menghindari bencana. Satu, bencana kesehatan. Dua, bencana ekonomi," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: