Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, sudah tak bisa menahan rasa jengkelnya terhadap Eropa.
Banyak negara di benua biru tersebut kerap kali menjelek-jelekkan minyak sawit Indonesia. Tak cuma menggunakan isu lingkungan, sawit juga dikait-kaitkan dengan isu kesehatan, HAM, bahkan isu ketenagakerjaan.
Baca Juga: Ketika Raja Sawit Dunia Masih Tertipu dan Menari dari Genderang Negara Lain
Saking geramnya, Sahat bahkan berandai-andai jika Indonesia menghapus Eropa dari daftar tujuan ekspor sawit.
“Stop saja ekspor sawit ke seluruh negara-negara di Eropa, itu kalau saya punya kekuasaan. Mereka sebenarnya butuh sawit kita, tapi terlalu bertingkah,” kata Sahat seperti dikutip dari laman Elaeis.co.
Tidak hanya itu, jika ditarik garis sejarah, yang mengenalkan sawit ke Indonesia justru orang-orang dari Eropa, terutama Inggris dan Belanda.
Saat revolusi industri di Inggris berkembang, minyak sawit sangat dibutuhkan untuk menggantikan minyak hewan yang pasokannya terbatas dan harganya mahal. Karena susah mendapatkan minyak sawit yang diproduksi Inggris, pemerintah Belanda lantas memerintahkan para ahli mereka untuk membawa dan mengembangkan tanaman sawit ke Indonesia.
“Tapi kini setelah sawit berkembang sangat pesat di Indonesia dan negara lain seperti Malaysia, Eropa lantas bikin isu yang aneh-aneh terhadap sawit,” heran Sahat.
Kendati demikian, Sahat menyadari, untuk membela sawit sekaligus melawan Eropa, tidak boleh dilakukan secara emosional, tetapi harus rasional.
“Mengedepankan data dan fakta, juga akan membuka mata pihak lain di luar Eropa dan menyadari betapa pentingnya sawit bagi kehidupan manusia,” tegas Sahat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq